Rabu, 02 Desember 2015

SISTEM PENGEMBANGAN EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN PAI



MAKALAH
SISTEM PENGEMBANGAN EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN PAI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah
:
Dasar-dasar Perkembangan Kurikulum
Dosen Pengampu
:
Drs. H. Nawawi, M. Ag












Disusun oleh:
Kelompok 10
Imroatul Aziezah
:
(1414111024)
Irfa Wulansari
:
(1414111026)
Lizamuddin
:
(1414111033)

Fakultas/ Jurusan/ Semester: Tarbiyah/ PAI-A/ 3
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Telp. (0231) 48624 Fax. (0231) 488926 Cirebon 45132
2015/2016


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Waabarakatuh.

            Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan judul Komponen Evaluasi dalam Pembelajaran yang merupakan tugas terstruktur.
            Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pegetahuan mengenai Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum.
            Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan. Kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas kami.
           
            Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.






Cirebon, 19 November 2015


Penyusun


DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................      i
Daftar Isi......................................................................................................      ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah...................................................................      1
B.     Rumusan Masalah............................................................................      1
C.     Tujuan..............................................................................................      2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian, Tujuan dan Fungsi Evaluasi dalam Pembelajaran ........      3
B.     Prinsip-prinsip Evaluasi dalam Pembelajaran...................................      7
C.     Prosedur Evaluasi dalam Pembelajaran............................................      9
D.    Pengembangan Tes Prestasi Belajar dan Metode Evaluasi..............      11
E.     Model-model Evaluasi Pembelajaran...............................................      17
F.      Evaluasi Dalam Belajar Mengajar....................................................     18
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan......................................................................................      21
B.     Saran................................................................................................      23
Daftar Pustaka.............................................................................................      24

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
        Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan. Hasil yang dimaksud adalah baik, tidak baik, bermanfaat, atau tidak bermanfaat. Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patron bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Artinya, apabila pembelajaran yang dilakukannya mencapai hasil yang baik, pendidik tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran dan demikian pula sebaliknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi.
        Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Dalam makalah ini hanya dibicarakan masalah konsep dasar evaluasi hasil belajar meskipun dalam pembicaraan tentang evaluasi hasil belajar ini juga disinggung masalah konsep dasar evaluasi pembelajaran. Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian, tujuan dan fungsi dalam evaluasi pembelajaran?
2.      Apa saja prinsip-prinsip dalam evaluasi pembelajaran?
3.      Bagaimana prosedur evaluasi pembelajaran?
4.      Bagaimana pengembangan tes prestasi belajar untuk evaluasi dalam pembelajaran  dan metode evaluasi dalam pembelajaran?
5.      Apa saja model-model evaluasi pembelajaran?
6.      Bagaimana evaluasi dalam pembelajaran PAI?


C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian, tujuan dan fungsi dalam evaluasi pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam evaluasi pembelajaran.
3.      Untuk mengetahui prosedur evaluasi pembelajaran.
4.      Untuk mengetahui pengembangan tes prestasi belajar untuk evaluasi dalam pembelajaran serta mengetahui metode evaluasi dalam pembelajaran.
5.      Untuk mengetahui model-model evaluasi pembelajaran.
6.      Untuk mengetahui evaluasi dalam belajar mengajar.


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian, Syarat dan Tujuan, serta Fungsi Evaluasi Pembelajaran
1.      Pengertian Evaluasi Pembelajaran
        Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang artinya penilaian. Evaluasi memiliki banyak arti yang berbeda, menurut Cross evaluasi diartikan Evaluation is a process which determines the extent to which objectives have been achieved yang artinya “Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai”. (Sukardi, 2012: 1) Definisi ini menerangkan secara langsung hubungan evaluasi dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, dimana suatu tujuan telah dicapai.
        Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan.
        Evaluasi sebagai komponen kurikulum, sebagai rencana, dan sebagai kegiatan, peran evaluasi sangat menentukan. Evaluasi bukan saja dapat memberikan informasi mengenai tingkat pencapaian keberhasilan belajar siswa, tetapi juga dapat memberikan informasi mengenai komponen-komponen kurikulum lainnya. Artinya, melalui kegiatan evaluasi, komponen kurikulum lainnya dapat dikaji dan diketahui hubungannya dalam sistem kurikulum. Kegiatan evaluasi dapat mencakup deskripsi tingkah laku, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Beberapa tingkah laku yang sering muncul serta menjadi perhatian para guru adalah tingkah laku yang dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu pengetahuan intelektual (cognitives), keterampilan (skills) yang menghasilkan tindakan dan bentuk lain adalah values dan attitudes atau yang dikategorikan ke dalam affective domain. (Sukardi, 2012: 1-2)
        Jadi evalusi pembelajaran suatu proses yang harus ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, sehingga dari data hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi.
2.      Syarat dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Suatu evaluasi perlu memenuhi beberapa syarat sebelum diterapkan kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku. Evaluasi yang baik, harus mempunyai syarat seperti berikut :
a.       Valid, validitas (validity) yang dapat diartikan sebagai ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi.
b.      Keterandalan, keterandalan menunjukan kepada konsistensi (keajegan) pengukuran yakni bagaimanakah keajegan skor tes atau hasil evaluasi lain yang berasal dari pengukuran yang satu ke pengukuran yang lain.
c.       Objektif, suatu tes menunjuk kepada tingkat skor kemampuan yang sama (yang dimiliki oleh siswa satu dengan siswa yang lain) memperoleh hasil yang sama dalam mengerjakan tes.
d.      Kepraktisan, kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yanga da pada instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi/memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpannya. (Sukardi, 2012: 8)
Disamping kedelapan persyaratan yang perlu ada dalam kegiatan evaluasi ada beberapa tujuan mengapa evaluasi dilakukan oleh setiap guru. Selain untuk melengkapi penilaian, secara luas evaluasi dibatasi sebagai alat penilaian terhadap faktor-faktor pentingsuatu program termasuk situasi, kemampuan, pengetahuan, dan perkembanan tujuan. Adapun tujuan evaluasi dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus yaitu sebagai berikut:
a.       Tujuan Umum
1)      Untuk mengumpulkan data yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau kemajuan yang dialami siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam waktu tertentu.
2)      Untuk memungkikan para guru menilai aktivitas atau pengalaman mengajar yang telah dilaksanakan.
3)      Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.
b.      Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari kegiatan evaluasi adalah sebagai berikut:
1)      Untuk merangsang kegiatan siswa dalam menempuh program pendidikan. Artinya, tanpa adanya evaluasi, maka tidak akan mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada diri siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya.
2)      Mencari dan menentukan faktor-faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan siswa dalam mengikuti program pendidikan pada umumnya dan program pembelajaran pada khususnya.
3)      Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan, dan bakat siswa yang bersangkutan.
4)      Untuk memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan oleh orang tua siswa dan lembaga pendidikan.
5)      Untuk memperbaiki mutu proses pembelajaran, baik cara belajar siswa maupun metode yang digunakan dalam mengajar. (Sudaryono, 2012:52)
6)      Memotivasi belajar siswa, evaluasi harus dapat memotivasi siswa. Guru harus menguasai bermacam-macam teknik motivasi. Guru dapat membangkitkan semangat siswa untuk tekun belajar secara kontinu.
7)      Menjadikan hasil evaluasi sebagai dara perubahan kurikulum, perubahan kurikulum didasarkan pada hasil evaluasi dengan skop yang lebih luas. Pengalaman kerja siswa, analisis kebutuhanmasyarakat, dan analisis pekerjaan merupakan teknik konvensional yang sering digunakan untuk mengubah kurikulum. (Sukardi, 2012: 10)
3.      Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Fungsi evaluasi yang masing-masing dapat dilakukan melalui pengadaan tes adalah sebagai berikut:
a.       Evaluasi berfungsi selektif
Cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi terhadap siswanya. Seleksi itu sendiri mempunyai beberapa tujuan, antara lain: 1) untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu, 2) untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya, dan 3) ntuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
b.      Evaluasi berfungsi diagnostik (diagnostic test)
Guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahan siswa. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan tersebut, maka akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya.
c.       Evaluasi berfungsi sebagai penempatan (placement test)
Setiap siswa sejak lahir mempunyai bakat sendiri-sendiri, sehingga pembelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Untuk dapat menentukan dengan pasti kelompok mana siswa harus ditempatkan, maka digunakan evaluasi. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil evaluasi yang sama akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar. (Daryanto, 2005: 14-16)
d.      Evaluasi berfungsi formatif (formative test)
Evaluasi ini dilakukan untuk memantau atau memonitor kemajuan belajar siswa guna memberikan umpan balik (feed back). Berdasarkan tes ini guru dan siswa dapat mengetahui apa yang masih perlu dijelaskan kembali agar materi pelajaran dapat dikuasi dengan baik. Siswa dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih belum dikuasainya agar dapat mengupayakan perbaikannya.
e.       Evaluasi Sumatif (sumative test)
Evaluasi ini biasanya diberikan pada akhir tahun ajaran atau akhir suatu jenjang pendidikan, yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diteapkan. Hal ini ditentunya tergantung pada berbagai faktor, yaitu faktor guru, siswa, kurikulum, metode mengajar, sarana, dan lain sebagainya. hal ini dapat diketahui dengan mengadakan evaluasi sumatif. (Sudaryono, 2012: 53-54)
f.       Evaluasi berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.
Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan sistem kurikulum. (Daryanto, 2005: 14-16)
Adapun secara administratif, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi, yaitu:
a.       Memberikan laporan, dengan melakukan evaluasi, akan dapat disusun dan disajikan laporan mengenai kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b.      Memberikan bahan-bahan keterangan (data).
c.       Memberikan gambaran. (Sudijono, 2012: 13-14)
B.     Prinsip-Prinsip Evaluasi
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi.stidaknya ada tujuh prinsip yang harus diperhatikan guru pada intinya menjadi faktor pendukung/penunjang dalam melakukan evaluasi yang berhasil.
1.      Prinsip Berkesinambungan (continuity)
      Kegiatan evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus. Guru harus selalu memberikan evaluasi kepada siswa sehingga kesimpulan yang diambil akan lebih cepat. Dengan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur, terencana, dan terjadwal, maka guru akan memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan dan perkembangan peserta didik dari awl hingga akhir program.
2.      Prinsip Menyeluruh (comprehensive)
      Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara utuh dan meneyeluruh, mencakup keseluruhan aspek tingkah laku siswa, baik aspek berfikir (cognitive domain), aspek nilai atau sikap (affective domain), maupun aspek keterampilan (psychomotor domain) yang ada pada masing-masing siswa.
3.      Prinsip Objektif (objectivity)
      Prinsip objektifitas ini terutama berhubungan dengan alat evaluasi yang digunakan. Maksudnya, alat evaluasi yang digunakan hendaknya mempunyai tingkat kebebasan dari subjektifitas atau bias pribadi guru yang bisa mengganggu. Suatu evaluasi dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam pelaksanaannya tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi, baik yang menyangkut bentuk evaluasi maupun dari pihak evaluator sendiri.
4.      Prinsip Validitas (validity)
      Validitas atau keshahihan merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa alat evaluasi yang dipergunakan, benar-benar dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas merupakan ketepatan, misalnya untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran bukan diukur melalui nilai yang diperoleh saat ulangan tetapi dilihat dari kehadiran, konsentrasi saat belajar dan ketepatan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
5.      Prinsip Penggunaan Kriteria
      Penggunaan kriteria yang diperlukan dalam evaluasi adalah pada saat memasuki tingkat pengukuran, baik pengukuran dengan menggunakan standar mutlak (penilaian acuan patokan) maupun pengukuran dengan standar relatif (penilaian acuan norma). Dalam penilaian acuan payokan misalnya apabila siswa diberikan 100 soal dan setiap soal mempunyai bobot 1, maka kedudukan siswa ditentukan berdasarkan jumlah jawaban yang benar terhadap pernyataan tersebut. Apabila angjat 70 di anggap bahwa siswa telah menguasai materi, maka siswa dinyatakan berhasil apabila mendapat angka 70 atau lebih. Sedangkan penilaian acuan norma dilakukan dengan membamdingkan nilai yang diperoleh seorang siswa dengan nilai siswa-siswa lainnya di kelas tersebut.
6.      Prinsip Kegunaan
Prinsip kegunaan ini menyatakan bahwa evaluasi yang dilakukan hendaknya sesuatu yang bermanfaat baik bagi siswa maupun bagi pelaksana.
C.    Prosedur Evaluasi Pembelajaran
       Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran. Pembahasan evaluasi pembelajaran dalam uraian berikut ini akan dibatasi pada fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran, sasaran evaluasi pembelajaran, dan prosedur evaluasi pembelajaran. Bahwa evaluator dalam evaluasi pembelajaran adalah suatu tim yang mempunyai peran penting dalam memberikan informasi mengenai keberhasilan pembelajaran (Arikunto, 1988:7) yang berhak menjadi evaluator adalah orang-orang yang telah memenuhi berbagai pesyaratan yang ditentukan. Adapun lima tahapan prosedur evaluasi pembelajaran sebagai berikut:
1.      Penyusunan Rancangan
      Desain evaluasi pembelajaran berisi hal-hal yang sama dengan yang tertera dalam desain penelitian yakni meliputi latar belakang, problematika, tujuan evaluasi, populasi, dan sampel, instrument dan sumber data serta teknik analisis data (Arikunto, 1988 : 44). Ada beberapa langkah-langkah kegiatannya: Menyusun latar belakang yang berisikan dasar pemikiran dan atau rasional penyelenggara evaluasi, problematika berisikan rumusan permasalahan/problematika yang akan dicari jawabannya baik secara umum maupun terperici, tujuan evaluasi merupakan rumusan yang sesuai dengan problematika evaluasi pembelajaran.
2.      Penyusunan Instrumen
Menurut Arikunto (1988 : 88-89) langkah-langkah penyusunan instrumen adalah:
a.       Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun.
b.      Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian variabel dan jenis yang akan digunakan untuk mengukur bagian variebel yang bersangkutan.
c.       Membuat butir-butir instrumen evaluasi pembelajaran yang dibuat berdasarkan kisi-kisi
d.      Menyunting instrument evaluasi pembelajaran.
3.      Pengumpulan Data
      Pengumpulan data dapat diterapkan berbagai teknik pengumpulan data diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Kuesioner yakni seperangkat pertanyaan tertulis yang diberikan kepada seseorang untuk mengungkap pendapat, keadaan, kesan yang ada pada diri orang tersebut maupun diluar dirinya (Arikunto, 1988 : 53)
b.      Wawancara yakni suatu teknik pengumpulan data yang menuntut adanya pertemuan langsung atau komunikasi langsung antara evaluator dengan sumber data.
c.       Pengamatan yakni teknik pengumpulan data melalui kegiatan mengamati yang dilakukan oleh evaluator terhadap kegiatan pembelajaran.
d.      Studi kasus yakni teknik pengumpulan data berdasarkan kasus-kasus yang ada dan didokumentasikan.
4.      Analisis Data
      Analisis data dapat dilakukan secara individual dan berkelompok. Apabila data diolah dan dianalisis secara individual maka hasilnya menunjuk kepada seseorang atau suatu keadaan. Sedangkan pengolahan dan penganalisisan secara kelompok , hasilnya menunjuk kepada suatu bagian data atau keseluruhan.
5.      Penyusunan Laporan
Laporan evaluasi pembelajaran harus berisikan pokok-pokok berikut:
a.       Tujuan evaluasi, yakni didahului dengan latar belakang dan alasan dilaksanakannya evaluasi
b.      Problematika berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah dicari jawabnya melalui pengetahuan evaluasi pembelajaran
c.       Lingkup dan metodologi evaluasi pembelajaran yang dicantumkan di sini adalah unsur-unsur yang dinilai dan hubungan antarvariabel, metode pengumpulan data, instrument pengumpulan data, teknik analisis data
d.      Pelaksanaan evaluasi pembelajaran
e.       Hasil evaluasi pembelajaran yakni berisi tujuan pengajaran, tolak ukur, data diperoleh, dan dilengkapi dengan sejumlah informasi yang mendorong penemuan evaluasi pembelajaran sehingga dengan mudah pembuat keputusan dapat memahami tingkat keberhasilan pembelajaran (Arikunto, 1988: 117-118).
D.    Pengembangan Tes Prestasi Belajar dan Metode Evaluasi Pembelajaran
1.      Tes Benar-Salah (True-False)
                 Bentuk Benar-Salah ada dua macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal), yaitu : dengan pembetulan (with correction) yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaan yang salah, tanpa pembetulan (without correction) yaitu siswa hanya diminta  melingkari huruf  B atau S tanpa memberi jawaban yang betul.
2.      Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Berbagai tingkat dan  jenjang  pendidikan  banyak  menggunakan bentuk tes pilihan ganda. Hal ini di sebabkan :
a.       Tipe tes disusun dan digunakan untuk mengukur semua standar kompetensi
b.      Jumlah alternative jawaban (option) lebih dari dua sehingga dapat mengurangi keinginan siswa untuk menebak (guessing)
c.       Tipe tes ini menuntut kemampuan siswa untuk membedakanberbagai tingkatan kebenaran sekaligus
d.      Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan dengan hanya mengubah tingkat homogenitas alternative jawaban. Bentuk tes formatif pilihan ganda di skor  secara objektif, karena pemeriksaannya atau penskorannya tidak selalu dilakukan oleh manusia tapi dapat dilakukan mesin misalnya mesin scanner.
                 Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu engertian yang belum lengkap.dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau multiple choice test terdiri aras bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawabandan beberapa pengecoh (distractor) (Sudaryono, 2012: 110). Adapun ragam bentuk tes pilihan ganda, yaitu:
a.       Tes Pilihan Ganda Biasa
           Bentuk tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur kemampuan ingatan, pemahaman, dan perapan yang lebih kompleks. Bentuk tes ini juga dapat digunakan untuk mengukr kemampuan mahasiswa yang lebih tinggi dan dpat disekor secara objektif.
b.      Tes Pilihan Ganda Assosiasi
           Butir tes yang mengukur pengetahuan kompleks ditandai oleh adanya hal-hal yang baru. Pengukuran kompleks menghendaki mahasiswa mampu mengidentifikasi versi baru dari istilah atau illustrasi. Dalam hal yang sama di mana butir tes pengetahuan dapat dipakai untuk mengidentifikasi prinsip yang sebelumnya telah dipelajari. pengukuran kompleks menuntut interprestsi atau aplikasi dari prinsip itu.
           Bentuk tipe pilihan ganda assosiasi ini hampir sama dengan tipe pilihan ganda biasa, yang membedakan adalah bahwa kemungkina jawaban benar lebih dari satu. Untuk bentuk tes  pilihan ganda assosiasi, pada pokoknya hamper sama dengan bentuk pilihan ganda biasa, namun pada bentuk ini cara menjawabnya lebih kompleks. Contoh itemnya adalah sebagai berikut: untuk item berikut, pilihlah:
A.    Apabila hanya (1), (2), dan (3) benar
B.     Apabila hanya (1) dan (3) benar
C.     Apabila hanya (2) dan (4) benar
D.    Apabila hanya (4) benar
E.     Apabia semuanya benar
           Pada hakikatnya bentuk soal ini hamper sama dengan soal melengkapi pilihan, yaitu satu pernyataan yang tidak lengkap yang diikuti dengan beberapa kemungkinan jawaban. Perbedaanya ialah pada bentuk pilihan ganda asosiasi, kemungkinan jawaban benar satu, dua, tiga, atau empat. Tes semacam ini termasuk kedalam bentuk tes kombinasi pilihan ganda yang terdiri atas batang tubuh soal diikuti oleh sejumlah kemungkinan jawaban, diantaranya satu atau lebih yang benar (sudaryono, 2012: 112-114).
3.      Soal Menjodohkan (Matching Test)
    Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dansatu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai tau cocok dengan pertanyaannya (Sudaryono, 2012: 116).
Misalnya:
Di sebelah kiri terdapat nama kota di sebelah kanan terdapat nama provinsi. Coba isi titik-titik yang tersedia di sebelah kiri dengan huruf di depan nama provinsi di mana kota tersebut berada.
1. Cirebon                       a. Sumatera Utara
2. Demak                         b. Nusa Tenggara Barat
3. Pasuruan                      c. Kalimantan Timur
4. Lubuklinggau              d. Kalimantan Barat
5. Depok                         e. Jawa barat
6. Singaraja                     f. Sulawesi Utara
7. Balikpapan                  g. Jawa tengah
8. Martapura                    h. Nusa Tenggara Timur
9. Gorontalo                    i. Sulawisi Tengah
10. Ende                         j. Kalimantan Selatan
                                        k. Daerah Istimewa Yogyakarta
                                         l. Jawa Timur
                                        m. Bengkulu
                                         n. Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Cara mengolah skor: dihitung
S = R
Artinya skor terahir dihitung jawaban yang benar saja.
4.      Tes Isian (Completion Test)
                 Completion test  biasa kita sebut dengan tes isian, tes menyempurnakan atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengrtian kit minta dari murid.
     Contoh:
a.       Colombus menemukan Benua Amerika pada tahun …….
b.      Air akan membeku pada suhu ……. Derajat Fahrenheit (Sudaryono, 2012: 118).
5.      Soal Jawaban Singkat
    Soal bentuk jawaban singkat adalah yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban singkat, berupa kata prase, nama tempat, nama tokoh, atau kalimat yang sudah pasti. Bentuk soal jawaban singat baik untuk mengukur kemampuan  peserta didik yang sangat sederhana. Beberapa kemampuan atau indikator ini berikut ini menunjukkan pengunaan bentuk soal jawaban singkat yang sering digunakan guru kelas.
Contohnya:
a.    Kemampuan menyebutkan istilah
1)      Garis apakah yang menghubungkan daerah yang sama tekanannya pada peta cuaca ?(isobar)
2)      Satuan apakah yang dipergunakan untuk menyatakan panjang sebuah benda ?(meter atau centimeter)
3)      Dinamakan apakah perpindahan penduduk dari kota besar ke desa ?(transmigrasi)
b.    Kemampuan menyebutkan fakta
1)      Berapa tahun  sekali anggota DPR dipilih ?(5)
2)      Dibagi berapa bagian waktukah wilayah Indonesia ?(3)
c.    Kemampuan menginterprestasi data sederhana
1)      Berapa huruf n dalam kata kunci Indonesia ?(2)
2)      Dalam bilangan 653, berapa nilai bilangan 6 ?(600)
3)      Berapa besarnya sudut segitiga ?(60)
4)      Jika pesawt terbang pergi kearah utara lalu memutar 90 derajat kekiri, kemanakah arah pesawat sekarang ?(timur)
    Bentuk soal jawaban singkat terkadang juga dapat mengukur kemampuan yang lebih tinggi seperti peserta didik diminta untuk menginterprestasi diagram, chart, grafik, atau dat pictorial. Hal ini antara lain berkaitan dengan mata pelajaran matematika maupun sains. Beberapa contoh soal berikut ini menunjukkan kemampuan yang lebih tinggiyang dapat diukur oleh bentuk soal jawaban singkat (Sudaryono, 2012: 120-121).
       Metode evaluasi dalam pendidikan dapat dibedakan menjadi dua macam bentuk, yaitu: tes dan nontes. Tipe evaluasi yang pertama adalah tes yang biasanya direalisasikan dengan tes tertulis. Tes ini digunakan utamanya utuk memperoleh data, baik data kuantitatif maupun kualitatif. Tes tertulis juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: tes objektif dan tes esai. Tes tertulis digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif pengetahuan secara komprehensif dan fakta penggunaannya.
       Tes objektif pada umumnya disebut juga sebagai alat evaluasi guna mengungkap atau menghafal kembali dan mengenal materi yang telah diberikan. Tes ini biasanya diberikan dengan item pertanyaan menghafal yang diantaranya sebagai jawaban bebas, melengkapi, dan identifikasi. Pertanyaan pengenalan (recognition question) dibedakan menjadi tiga macam bentuk tampilan, yaitu soal benar-salah, pilihan ganda, dan menjodohkan. Pertanyaan esai pada umumnya dapat dibedakan kedalam dua jawaban berbeda, yaitu: jawaban terbatas dan jawaban luas. Evaluasi yang dibuat dengan menggunakan pertanyaan esai biasanya digunakan untuk menerangkan, mengontraskan, menunjukkan hubungan, memeberikan pembuktian, menganalisis perbedaan, menarik kesimpulan, dan menggeneralisasi peserta didik.
Bentuk kedua suatu evaluasi adalah alat nontes. Alat nontes ini digunakan untuk mengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar efektif dari siswa. Ketetapat alat nontes perlu diperhatikan oleh para guru, karena sering kali dalam penggunaan evaluasi memerlukan pertimbangan subjektifitas yang dapat menghasilkan penilaian yang mungkin bervariasi diantara dua orang guru. Alat nontes kadang ada ang menggunakan pengukuran tetapi ada pula yang tidak menggunakan pengukuran, sebagai contoh yaitu: observasi, bentuk laporan, dan teknik audio visual.
Alat evaluasi lain yang termasuk nontes adalah angket atau kuesioner. Angket banyak digunakan dalam proses penelitian guna mengeksplorasi informasi atas dasar pilihan siswa. Dalam bidang evaluasi, angket sering digunakan untuk menentukan kondisi tertentu dan fakta tentang siswa. Alat ini boleh dipertimbangkan secara individual atau secara grup (Sukardi, 2012: 11-12).
E.     Model-Model Evaluasi Pembelajaran
Model evaluasi merupakan desain evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli evaluasi, yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap evaluasinya. Selain itu, ada ahli evaluasi yang membagi evaluasi sesuai dengan misi yang akan dibawakan  dan kepentingan yang ingin diraih serta ada yang menyesuaikan dengan paham yang dianutnya yang disebut dengan pendekatan (Eko, 2011: 172)
Model-model evaluasi dibagi dua yaitu:
1.      Model evaluasi kuantitatif, yang meliputi: model Tyler, model teoretik Taylor dan Maguire, model pendekatan sistem Alkin, model Countenace Stake, model CIPP, model ekonomi mikro.
2.      Model evaluasi kualitatif, yang meliputi: model studi kasus, model iluminatif, dan model responsif.
Adapun model-model evaluasi pembelajaran yang lain yaitu:
1.      Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler.
2.      Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven.
3.      Formatif Sumatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven.
4.      Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
5.      Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
6.      CSE-UCLA Evaluation model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan.
7.      CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Stufflebeam.
8.      Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh Provus.
Berbagai pakar evaluasi pendidikan mengemukakan adanya empat konsep atau model evaluasi pendidikan yang telah dikembangkan selama ini yaitu konsep atau model Pengukuran (Measurement), Persesuaian (Congruence), Evaluasi Sistem Pendidikan (Educational System Evaluation), dan Iluminasi (Illumination). Dalam uraian masing-masing konsep di atas akan dibahas pandangan-pandangan dasar mengenai evaluasi pendidikan yang mencakup pandangan tentang hakikat evaluasi itu sendiri, ruang lingkup yang tercakup di dalamnya, serta pendekatan yang ditempuh dalam proses evaluasi. Berikut ini diuraikan hakekat, ruang lingkup dan pendekatan masing-masing model evaluasi di bidang, dengan mengutip sepenuhnya uraian dari (Daryanto. 2005:  72-97).
F.     Evaluasi dalam Belajar Mengajar
       Evaluasi merupakan bagian dari proses belajar mengajar yang secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Pada sebagian guru masih ada asumsi yang tidak tepat. Asumsi yang tidak pada tempatnya misalnya, adalah hal yang biasa jika kegiatan yang diharuskan oleh peraturan atau undang-undang. Aturan yang yang mengikattersebut termasuk Pasal 58 ayat (1) UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang menyatakan evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, uraian berikut mendiskusikan cara evaluasi yang dilakukan guru untuk menhasilkan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik. Ada empat pertimbangan yang perlu dipehatikan oleh guru dalam melakukan evaluasi belajar. Keempat pertimbangan tersebut, yaitu sebagai berikut :
a.        Mengidentifikasikan tujuan yang dapat dijabarkan dari; 1) prosedur evaluasi dan hubungannya dengan mengajar, 2) pengembangan interes kebutuhan individu, 3) kebutuhan individu siswa, 4) kebutuhan yang dikembangkan dari komunitas/masyarakat, 5) dikembangkan evaluasi hasil belajar pendahulunya, 6) dikembangkan dari analisis pekerjaan, dan 7) pertimbangan dari para ahli evaluasi.
b.        Menentukan pengalaman belajar yang biasanya direalisasi dengan pretes sebagai awal, pertengahan, dan akhir pengalaman belajar (postes).
c.        Menentukan standar yang bisa dicapai dan “menentang” siswa belajar lebih giat. Pembuatan standar yang dapat diajarkan melalui penilaian materi, penggunaan alat bantu visual. Di samping itu, standar juga dapat dibuat melalui pengembangan dan pemakaian alat observasi yang sering dilakukan oleh seorang guru untuk memenuhi kepentingan mereka.
d.       Mengembangkan keterampilan dan mengambil keputusan guna; 1)  memilih tujuan, 2) menganalisis pertanyaan problem solving, dan 3) menentukan nilai seorang siswa
       Prosesnya evaluasi dalam pembelajaran PAI terukur dari setiap penyelenggaraaan program kurikulum untuk setiap mata  pelajaran yang dikembangkan dalam pembelajaran. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kurikulum dapat berfungsi sebagai sarana:
a.       Perbaikan, dimana evaluasi yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki isi  program, pelaksanaan, dan evaluasi itu sendiri, serta upaya kearah inovasi kurikulum masa yang akan datang.
b.      Penempatan, dalam arti evaluasi kurikulum ditujukan untuk melihat hasil  pembelajaran , dimana peserta didik yang mengikuti program kurikulum dalam  bentuk pembelajaran akan dipetakan dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah. Hal ini sangat penting guna menilai dan mengembangkan kualitas dan kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan peserta didik.
c.       Penyebaran, evaluasi kurikulum dilaksanakan dalam rangka memberikan  perlakukan secara merata pada setiap satuan pendidikan dna jenjang  pendidikan untuk semua daerah baik perkotaan, pedesaan bahkan daerah terpencil sekalipun. Tujuannya agar kurikulum betul-betul teruji oleh semua kondisi dan karakteristik sistem pembelajaran sebagai wujud implementasinya di lapangan.
d.      Penelitian dan Pengembangan, evaluasi kurikulum dilaksanakan guna melihat dampak atau perubahan-perubahan yang terjadi dimasyarakat, apakah kurikulum tersebut dapat diterima atau masih perlu direvisi bahkan dikembangkan. Hal ini sangat penting guna mengontrol implementasi kurikulum diseluruh tanah air. Dari keempat fungsi evaluasi kurikulum di atas, maka dapat terlihat jika salah satunya dilaksanakan, maka akan menuntut langkah atau fungsi yang lainnya untuk dilakukan juga. Hal ini memungkinkan terjadi karena jika dikembalikan pada pemahaman kurikulum sebagai suatu sistem, dengan demikian  pelaksanaan evaluasi kurikulum juga harus berbasis sistemik. (Sukardi, 2012: 12-13).
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Evalusi pembelajaran suatu proses yang harus ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, sehingga dari data hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi.
2.      Tujuan evaluasi dibagi menjadi tujuan umum yaitu: untuk mengumpulkan data yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau kemajuan yang dialami siswa, untuk memungkikan para guru menilai aktivitas atau pengalaman mengajar yang telah dilaksanakan, dan untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.
3.      Prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasiialah
a.        Prinsip Berkesinambungan (continuity)
b.      Prinsip Menyeluruh (comprehensive)
c.       Prinsip Objektif (objectivity)
d.      Prinsip Validitas (validity)
e.       Prinsip Penggunaan Kriteria
f.       Prinsip Kegunaan
4.      Adapun lima tahapan prosedur evaluasi pembelajaran sebagai berikut:
a.       Penyusunan Rancangan
b.      Penyusunan Instrumen
c.       Pengumpulan Data
d.      Analisis Data
e.       Penyusunan Laporan
5.      Ada beberapa tes prestasi belajar yaitu: tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes soal menjodohkan, dan tes jawaban singkat. Serta terdapat metode dalam evaluasi pembelajarannya dibagi dua yaitu bentuknya tes dan nontes.
6.      Model-model dalam evaluasi pembelajaran ada enam, yaitu:
a.       Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler.
b.      Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven.
c.       Formatif Sumatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven.
d.      Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
e.       Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
f.       CSE-UCLA Evaluation model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan.
g.      CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Stufflebeam.
h.      Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh Provus.
7.      Evaluasi dalam pembelajaran PAI ialah Prosesnya evaluasi dalam pembelajaran PAI terukur dari setiap penyelenggaraaan program kurikulum untuk setiap mata  pelajaran yang dikembangkan dalam pembelajaran. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kurikulum dapat berfungsi sebagai sarana:
b.      Perbaikan, dimana evaluasi yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki isi  program, pelaksanaan, dan evaluasi itu sendiri, serta upaya kearah inovasi kurikulum masa yang akan datang.
c.       Penempatan, dalam arti evaluasi kurikulum ditujukan untuk melihat hasil  pembelajaran , dimana peserta didik yang mengikuti program kurikulum dalam  bentuk pembelajaran akan dipetakan dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah.
d.      Penyebaran, evaluasi kurikulum dilaksanakan dalam rangka memberikan  perlakukan secara merata pada setiap satuan pendidikan dna jenjang  pendidikan untuk semua daerah baik perkotaan, pedesaan bahkan daerah terpencil sekalipun.
e.       Penelitian dan Pengembangan, evaluasi kurikulum dilaksanakan guna melihat dampak atau perubahan-perubahan yang terjadi dimasyarakat.


B.     Saran
1.      Dalam Evaluasi kurikulum hendaknya melibatkan semuah komponen agar apa yang di harapakan, dalam tujuan kurikulum bisa terlaksanakan sesuai dengan apa yang dicita-citakan .
2.      Evaluasi kurikulum diharapkan memperhatikan,isi, tujuan pendidan dan  paling utama adalah melihat karakteristik, motivisasi, minat siswa dalam  proses pembelajaran.
Daftar pustaka
Arikunto, Suharsimi. 1988. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta:  Bumi Aksara.
Daryanto. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Eko Saputro. 2011. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sukardi. 2012. Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar