MAKALAH
SISTEM
PENGEMBANGAN EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN PAI
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah
|
:
|
Dasar-dasar Perkembangan
Kurikulum
|
Dosen Pengampu
|
:
|
Drs. H. Nawawi, M. Ag
|

Disusun oleh:
Kelompok 10
Imroatul Aziezah
|
:
|
(1414111024)
|
Irfa Wulansari
|
:
|
(1414111026)
|
Lizamuddin
|
:
|
(1414111033)
|
Fakultas/
Jurusan/ Semester: Tarbiyah/ PAI-A/ 3
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
Jl. Perjuangan
By Pass Sunyaragi Telp. (0231) 48624 Fax. (0231) 488926 Cirebon 45132
2015/2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Waabarakatuh.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah
Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyusun
dan menyelesaikan makalah ini dengan judul Komponen Evaluasi dalam Pembelajaran
yang merupakan tugas terstruktur.
Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pegetahuan mengenai Dasar-dasar
Pengembangan Kurikulum.
Kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan. Kami mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas kami.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.
Cirebon, 19 November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................ 1
C.
Tujuan.............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian, Tujuan dan Fungsi
Evaluasi dalam Pembelajaran ........ 3
B.
Prinsip-prinsip Evaluasi dalam
Pembelajaran................................... 7
C.
Prosedur Evaluasi dalam
Pembelajaran............................................ 9
D.
Pengembangan Tes Prestasi Belajar dan Metode Evaluasi.............. 11
E.
Model-model Evaluasi Pembelajaran............................................... 17
F.
Evaluasi Dalam Belajar Mengajar....................................................
18
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan...................................................................................... 21
B.
Saran................................................................................................ 23
Daftar Pustaka............................................................................................. 24
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Dalam setiap pembelajaran, pendidik
harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan. Hasil
yang dimaksud adalah baik, tidak baik, bermanfaat, atau tidak bermanfaat.
Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patron bagi
pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dapat
mengembangkan potensi peserta didik. Artinya, apabila pembelajaran yang
dilakukannya mencapai hasil yang baik, pendidik tentu dapat dikatakan berhasil
dalam proses pembelajaran dan demikian pula sebaliknya. Salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam
proses pembelajaran adalah melalui evaluasi.
Evaluasi
yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil belajar dan
evaluasi pembelajaran. Dalam makalah ini hanya dibicarakan masalah konsep dasar
evaluasi hasil belajar meskipun dalam pembicaraan tentang evaluasi hasil
belajar ini juga disinggung masalah konsep dasar evaluasi pembelajaran. Memang
tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan pekerjaan
evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan
pengukuran dan penilaian.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian, tujuan dan fungsi
dalam evaluasi pembelajaran?
2.
Apa saja prinsip-prinsip dalam
evaluasi pembelajaran?
3.
Bagaimana prosedur evaluasi
pembelajaran?
4.
Bagaimana pengembangan tes prestasi
belajar untuk evaluasi dalam pembelajaran dan metode evaluasi dalam pembelajaran?
5.
Apa saja model-model evaluasi pembelajaran?
6.
Bagaimana evaluasi dalam pembelajaran PAI?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian, tujuan
dan fungsi dalam evaluasi pembelajaran.
2.
Untuk mengetahui prinsip-prinsip
dalam evaluasi pembelajaran.
3.
Untuk mengetahui prosedur evaluasi
pembelajaran.
4.
Untuk mengetahui pengembangan tes
prestasi belajar untuk evaluasi dalam pembelajaran serta mengetahui metode evaluasi dalam
pembelajaran.
5.
Untuk mengetahui model-model evaluasi pembelajaran.
6.
Untuk mengetahui evaluasi dalam
belajar mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian, Syarat dan Tujuan, serta Fungsi
Evaluasi Pembelajaran
1.
Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Istilah
evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang artinya
penilaian. Evaluasi memiliki banyak arti yang berbeda, menurut Cross evaluasi
diartikan Evaluation is a process which determines the extent to which
objectives have been achieved yang artinya “Evaluasi merupakan proses yang
menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai”. (Sukardi, 2012:
1) Definisi ini menerangkan secara langsung hubungan evaluasi dengan tujuan
suatu kegiatan yang mengukur derajat, dimana suatu tujuan telah dicapai.
Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta
didik, lembaga, dan program pendidikan.
Evaluasi
sebagai komponen kurikulum, sebagai rencana, dan sebagai kegiatan, peran
evaluasi sangat menentukan. Evaluasi bukan saja dapat memberikan informasi
mengenai tingkat pencapaian keberhasilan belajar siswa, tetapi juga dapat
memberikan informasi mengenai komponen-komponen kurikulum lainnya. Artinya,
melalui kegiatan evaluasi, komponen kurikulum lainnya dapat dikaji dan
diketahui hubungannya dalam sistem kurikulum. Kegiatan evaluasi dapat mencakup deskripsi
tingkah laku, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Beberapa tingkah laku
yang sering muncul serta menjadi perhatian para guru adalah tingkah laku yang
dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu pengetahuan intelektual (cognitives),
keterampilan (skills) yang menghasilkan tindakan dan bentuk lain adalah values
dan attitudes atau yang dikategorikan ke dalam affective domain.
(Sukardi, 2012: 1-2)
Jadi
evalusi pembelajaran suatu proses yang harus ditempuh dalam rangka pengukuran
dan penilaian di bidang pendidikan, sehingga dari data hasil pengukuran
tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi.
2.
Syarat dan Tujuan Evaluasi
Pembelajaran
Suatu evaluasi
perlu memenuhi beberapa syarat sebelum diterapkan kepada siswa yang kemudian
direfleksikan dalam bentuk tingkah laku. Evaluasi yang baik, harus mempunyai
syarat seperti berikut :
a.
Valid, validitas (validity) yang
dapat diartikan sebagai ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya
dievaluasi.
b.
Keterandalan, keterandalan
menunjukan kepada konsistensi (keajegan) pengukuran yakni bagaimanakah keajegan
skor tes atau hasil evaluasi lain yang berasal dari pengukuran yang satu ke
pengukuran yang lain.
c.
Objektif, suatu tes menunjuk kepada
tingkat skor kemampuan yang sama (yang dimiliki oleh siswa satu dengan siswa
yang lain) memperoleh hasil yang sama dalam mengerjakan tes.
d.
Kepraktisan, kepraktisan evaluasi
dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yanga da pada instrument evaluasi
baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi/memperoleh hasil,
maupun kemudahan dalam menyimpannya. (Sukardi, 2012: 8)
Disamping
kedelapan persyaratan yang perlu ada dalam kegiatan evaluasi ada beberapa tujuan
mengapa evaluasi dilakukan oleh setiap guru. Selain untuk melengkapi penilaian,
secara luas evaluasi dibatasi sebagai alat penilaian terhadap faktor-faktor
pentingsuatu program termasuk situasi, kemampuan, pengetahuan, dan perkembanan
tujuan. Adapun tujuan evaluasi dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus
yaitu sebagai berikut:
a.
Tujuan Umum
1)
Untuk mengumpulkan data yang akan
dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau kemajuan yang dialami
siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran dalam waktu tertentu.
2)
Untuk memungkikan para guru menilai
aktivitas atau pengalaman mengajar yang telah dilaksanakan.
3)
Untuk mengetahui tingkat
efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses
pembelajaran selama jangka waktu tertentu.
b.
Tujuan Khusus
Adapun yang
menjadi tujuan khusus dari kegiatan evaluasi adalah sebagai berikut:
1)
Untuk merangsang kegiatan siswa
dalam menempuh program pendidikan. Artinya, tanpa adanya evaluasi, maka tidak
akan mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada diri siswa untuk
memperbaiki dan meningkatkan prestasinya.
2)
Mencari dan menentukan
faktor-faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan siswa dalam mengikuti
program pendidikan pada umumnya dan program pembelajaran pada khususnya.
3)
Memberikan bimbingan yang sesuai
dengan kebutuhan, perkembangan, dan bakat siswa yang bersangkutan.
4)
Untuk memperoleh bahan laporan
tentang perkembangan siswa yang diperlukan oleh orang tua siswa dan lembaga
pendidikan.
5)
Untuk memperbaiki mutu proses
pembelajaran, baik cara belajar siswa maupun metode yang digunakan dalam
mengajar. (Sudaryono, 2012:52)
6)
Memotivasi belajar siswa, evaluasi
harus dapat memotivasi siswa. Guru harus menguasai bermacam-macam teknik
motivasi. Guru dapat membangkitkan semangat siswa untuk tekun belajar secara
kontinu.
7)
Menjadikan hasil evaluasi sebagai
dara perubahan kurikulum, perubahan kurikulum didasarkan pada hasil evaluasi
dengan skop yang lebih luas. Pengalaman kerja siswa, analisis
kebutuhanmasyarakat, dan analisis pekerjaan merupakan teknik konvensional yang
sering digunakan untuk mengubah kurikulum. (Sukardi, 2012: 10)
3.
Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Fungsi
evaluasi yang masing-masing dapat dilakukan melalui pengadaan tes adalah
sebagai berikut:
a.
Evaluasi berfungsi selektif
Cara
mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi terhadap
siswanya. Seleksi itu sendiri mempunyai beberapa tujuan, antara lain: 1) untuk
memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu, 2) untuk memilih siswa
yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya, dan 3) ntuk memilih siswa
yang seharusnya mendapat beasiswa.
b.
Evaluasi berfungsi diagnostik (diagnostic
test)
Guru
mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahan siswa. Dengan
diketahui sebab-sebab kelemahan tersebut, maka akan lebih mudah dicari cara
untuk mengatasinya.
c.
Evaluasi berfungsi sebagai
penempatan (placement test)
Setiap siswa
sejak lahir mempunyai bakat sendiri-sendiri, sehingga pembelajaran akan lebih
efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Untuk dapat menentukan
dengan pasti kelompok mana siswa harus ditempatkan, maka digunakan evaluasi.
Sekelompok siswa yang mempunyai hasil evaluasi yang sama akan berada dalam
kelompok yang sama dalam belajar. (Daryanto, 2005: 14-16)
d.
Evaluasi berfungsi formatif (formative
test)
Evaluasi ini
dilakukan untuk memantau atau memonitor kemajuan belajar siswa guna memberikan
umpan balik (feed back). Berdasarkan tes ini guru dan siswa dapat
mengetahui apa yang masih perlu dijelaskan kembali agar materi pelajaran dapat
dikuasi dengan baik. Siswa dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran
yang masih belum dikuasainya agar dapat mengupayakan perbaikannya.
e.
Evaluasi Sumatif (sumative test)
Evaluasi ini
biasanya diberikan pada akhir tahun ajaran atau akhir suatu jenjang pendidikan,
yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diteapkan.
Hal ini ditentunya tergantung pada berbagai faktor, yaitu faktor guru, siswa,
kurikulum, metode mengajar, sarana, dan lain sebagainya. hal ini dapat
diketahui dengan mengadakan evaluasi sumatif. (Sudaryono, 2012: 53-54)
f.
Evaluasi berfungsi sebagai pengukur
keberhasilan.
Fungsi ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, metode
mengajar, kurikulum, sarana dan sistem kurikulum. (Daryanto, 2005: 14-16)
Adapun secara
administratif, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi,
yaitu:
a.
Memberikan laporan, dengan
melakukan evaluasi, akan dapat disusun dan disajikan laporan mengenai kemajuan
dan perkembangan peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran
dalam jangka waktu tertentu.
b.
Memberikan bahan-bahan keterangan
(data).
c.
Memberikan gambaran. (Sudijono,
2012: 13-14)
B.
Prinsip-Prinsip
Evaluasi
Ada beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi.stidaknya ada tujuh
prinsip yang harus diperhatikan guru pada intinya menjadi faktor
pendukung/penunjang dalam melakukan evaluasi yang berhasil.
1.
Prinsip Berkesinambungan (continuity)
Kegiatan
evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus
menerus. Guru harus selalu memberikan evaluasi kepada siswa sehingga kesimpulan
yang diambil akan lebih cepat. Dengan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan
secara teratur, terencana, dan terjadwal, maka guru akan memperoleh informasi
yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan dan perkembangan peserta didik
dari awl hingga akhir program.
2.
Prinsip Menyeluruh (comprehensive)
Evaluasi
hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut
dilaksanakan secara utuh dan meneyeluruh, mencakup keseluruhan aspek tingkah
laku siswa, baik aspek berfikir (cognitive
domain), aspek nilai atau sikap (affective
domain), maupun aspek keterampilan (psychomotor
domain) yang ada pada masing-masing siswa.
3.
Prinsip Objektif (objectivity)
Prinsip
objektifitas ini terutama berhubungan dengan alat evaluasi yang digunakan.
Maksudnya, alat evaluasi yang digunakan hendaknya mempunyai tingkat kebebasan
dari subjektifitas atau bias pribadi guru yang bisa mengganggu. Suatu evaluasi
dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam pelaksanaannya tidak ada faktor
subjektif yang mempengaruhi, baik yang menyangkut bentuk evaluasi maupun dari
pihak evaluator sendiri.
4.
Prinsip Validitas (validity)
Validitas
atau keshahihan merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa alat evaluasi yang
dipergunakan, benar-benar dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas
merupakan ketepatan, misalnya untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam
proses pembelajaran bukan diukur melalui nilai yang diperoleh saat ulangan
tetapi dilihat dari kehadiran, konsentrasi saat belajar dan ketepatan dalam
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
5.
Prinsip Penggunaan Kriteria
Penggunaan
kriteria yang diperlukan dalam evaluasi adalah pada saat memasuki tingkat
pengukuran, baik pengukuran dengan menggunakan standar mutlak (penilaian acuan
patokan) maupun pengukuran dengan standar relatif (penilaian acuan norma).
Dalam penilaian acuan payokan misalnya apabila siswa diberikan 100 soal dan
setiap soal mempunyai bobot 1, maka kedudukan siswa ditentukan berdasarkan
jumlah jawaban yang benar terhadap pernyataan tersebut. Apabila angjat 70 di
anggap bahwa siswa telah menguasai materi, maka siswa dinyatakan berhasil
apabila mendapat angka 70 atau lebih. Sedangkan penilaian acuan norma dilakukan
dengan membamdingkan nilai yang diperoleh seorang siswa dengan nilai
siswa-siswa lainnya di kelas tersebut.
6.
Prinsip Kegunaan
Prinsip kegunaan ini menyatakan
bahwa evaluasi yang dilakukan hendaknya sesuatu yang bermanfaat baik bagi siswa
maupun bagi pelaksana.
C.
Prosedur
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu
proses untuk menentukan jasa, nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui
kegiatan penilaian dan atau pengukuran. Pembahasan evaluasi pembelajaran dalam
uraian berikut ini akan dibatasi pada fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran,
sasaran evaluasi pembelajaran, dan prosedur evaluasi pembelajaran. Bahwa
evaluator dalam evaluasi pembelajaran adalah suatu tim yang mempunyai peran
penting dalam memberikan informasi mengenai keberhasilan pembelajaran
(Arikunto, 1988:7) yang berhak menjadi evaluator adalah orang-orang yang telah
memenuhi berbagai pesyaratan yang ditentukan. Adapun lima tahapan prosedur
evaluasi pembelajaran sebagai berikut:
1.
Penyusunan Rancangan
Desain
evaluasi pembelajaran berisi hal-hal yang sama dengan yang tertera dalam desain
penelitian yakni meliputi latar belakang, problematika, tujuan evaluasi,
populasi, dan sampel, instrument dan sumber data serta teknik analisis data
(Arikunto, 1988 : 44). Ada beberapa langkah-langkah kegiatannya: Menyusun latar
belakang yang berisikan dasar pemikiran dan atau rasional penyelenggara evaluasi,
problematika berisikan rumusan permasalahan/problematika yang akan dicari
jawabannya baik secara umum maupun terperici, tujuan evaluasi merupakan rumusan
yang sesuai dengan problematika evaluasi pembelajaran.
2.
Penyusunan Instrumen
Menurut Arikunto (1988 : 88-89)
langkah-langkah penyusunan instrumen adalah:
a.
Merumuskan tujuan yang akan dicapai
dengan instrumen yang akan disusun.
b.
Membuat kisi-kisi yang mencanangkan
tentang perincian variabel dan jenis yang akan digunakan untuk mengukur bagian
variebel yang bersangkutan.
c.
Membuat butir-butir instrumen
evaluasi pembelajaran yang dibuat berdasarkan kisi-kisi
d.
Menyunting instrument evaluasi
pembelajaran.
3.
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dapat diterapkan berbagai teknik pengumpulan data diantaranya adalah
sebagai berikut :
a.
Kuesioner yakni seperangkat
pertanyaan tertulis yang diberikan kepada seseorang untuk mengungkap pendapat,
keadaan, kesan yang ada pada diri orang tersebut maupun diluar dirinya
(Arikunto, 1988 : 53)
b.
Wawancara yakni suatu teknik
pengumpulan data yang menuntut adanya pertemuan langsung atau komunikasi
langsung antara evaluator dengan sumber data.
c.
Pengamatan yakni teknik pengumpulan
data melalui kegiatan mengamati yang dilakukan oleh evaluator terhadap kegiatan
pembelajaran.
d.
Studi kasus yakni teknik
pengumpulan data berdasarkan kasus-kasus yang ada dan didokumentasikan.
4.
Analisis Data
Analisis
data dapat dilakukan secara individual dan berkelompok. Apabila data diolah dan
dianalisis secara individual maka hasilnya menunjuk kepada seseorang atau suatu
keadaan. Sedangkan pengolahan dan penganalisisan secara kelompok , hasilnya
menunjuk kepada suatu bagian data atau keseluruhan.
5.
Penyusunan Laporan
Laporan evaluasi pembelajaran harus
berisikan pokok-pokok berikut:
a.
Tujuan evaluasi, yakni didahului
dengan latar belakang dan alasan dilaksanakannya evaluasi
b.
Problematika berupa
pertanyaan-pertanyaan yang telah dicari jawabnya melalui pengetahuan evaluasi
pembelajaran
c.
Lingkup dan metodologi evaluasi
pembelajaran yang dicantumkan di sini adalah unsur-unsur yang dinilai dan
hubungan antarvariabel, metode pengumpulan data, instrument pengumpulan data,
teknik analisis data
d.
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran
e.
Hasil evaluasi pembelajaran yakni
berisi tujuan pengajaran, tolak ukur, data diperoleh, dan dilengkapi dengan
sejumlah informasi yang mendorong penemuan evaluasi pembelajaran sehingga
dengan mudah pembuat keputusan dapat memahami tingkat keberhasilan pembelajaran
(Arikunto, 1988: 117-118).
D.
Pengembangan
Tes Prestasi Belajar dan Metode
Evaluasi Pembelajaran
1. Tes Benar-Salah (True-False)
Bentuk Benar-Salah ada dua
macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal), yaitu : dengan pembetulan
(with correction) yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaan yang
salah, tanpa pembetulan (without correction) yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B atau S tanpa memberi jawaban yang betul.
2. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Berbagai
tingkat dan jenjang pendidikan
banyak menggunakan bentuk tes
pilihan ganda. Hal ini di sebabkan :
a. Tipe tes disusun dan digunakan untuk mengukur semua standar kompetensi
b. Jumlah alternative jawaban (option) lebih dari dua sehingga dapat
mengurangi keinginan siswa untuk menebak (guessing)
c. Tipe tes ini menuntut kemampuan siswa untuk membedakanberbagai tingkatan
kebenaran sekaligus
d. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan dengan hanya mengubah
tingkat homogenitas alternative jawaban. Bentuk tes formatif pilihan ganda di
skor secara objektif, karena
pemeriksaannya atau penskorannya tidak selalu dilakukan oleh manusia tapi dapat
dilakukan mesin misalnya mesin scanner.
Multiple choice test terdiri
atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu engertian yang belum
lengkap.dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan
jawaban yang telah disediakan. Atau multiple choice test terdiri aras bagian
keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option).
Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci
jawabandan beberapa pengecoh (distractor) (Sudaryono, 2012: 110). Adapun ragam
bentuk tes pilihan ganda, yaitu:
a. Tes Pilihan Ganda Biasa
Bentuk tes pilihan ganda dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan ingatan, pemahaman, dan perapan yang lebih
kompleks. Bentuk tes ini juga dapat digunakan untuk mengukr kemampuan mahasiswa
yang lebih tinggi dan dpat disekor secara objektif.
b. Tes Pilihan Ganda Assosiasi
Butir tes yang mengukur pengetahuan
kompleks ditandai oleh adanya hal-hal yang baru. Pengukuran kompleks
menghendaki mahasiswa mampu mengidentifikasi versi baru dari istilah atau
illustrasi. Dalam hal yang sama di mana butir tes pengetahuan dapat dipakai
untuk mengidentifikasi prinsip yang sebelumnya telah dipelajari. pengukuran
kompleks menuntut interprestsi atau aplikasi dari prinsip itu.
Bentuk tipe pilihan ganda assosiasi
ini hampir sama dengan tipe pilihan ganda biasa, yang membedakan adalah bahwa
kemungkina jawaban benar lebih dari satu. Untuk bentuk tes pilihan ganda assosiasi, pada pokoknya hamper
sama dengan bentuk pilihan ganda biasa, namun pada bentuk ini cara menjawabnya
lebih kompleks. Contoh itemnya adalah sebagai berikut: untuk item berikut,
pilihlah:
A. Apabila hanya (1), (2), dan (3) benar
B. Apabila hanya (1) dan (3) benar
C. Apabila hanya (2) dan (4) benar
D. Apabila hanya (4) benar
E. Apabia semuanya benar
Pada
hakikatnya bentuk soal ini hamper sama dengan soal melengkapi pilihan, yaitu
satu pernyataan yang tidak lengkap yang diikuti dengan beberapa kemungkinan
jawaban. Perbedaanya ialah pada bentuk pilihan ganda asosiasi, kemungkinan
jawaban benar satu, dua, tiga, atau empat. Tes semacam ini termasuk kedalam
bentuk tes kombinasi pilihan ganda yang terdiri atas batang tubuh soal diikuti
oleh sejumlah kemungkinan jawaban, diantaranya satu atau lebih yang benar
(sudaryono, 2012: 112-114).
3. Soal Menjodohkan (Matching Test)
Matching test dapat kita ganti dengan
istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan atau menjodohkan. Matching
test terdiri atas satu seri pertanyaan dansatu seri jawaban. Masing-masing
pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid
adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai tau cocok dengan
pertanyaannya (Sudaryono, 2012: 116).
Misalnya:
Di sebelah kiri
terdapat nama kota di sebelah kanan terdapat nama provinsi. Coba isi
titik-titik yang tersedia di sebelah kiri dengan huruf di depan nama provinsi
di mana kota tersebut berada.
1. Cirebon a.
Sumatera Utara
2. Demak b.
Nusa Tenggara Barat
3. Pasuruan c.
Kalimantan Timur
4. Lubuklinggau d.
Kalimantan Barat
5. Depok e.
Jawa barat
6. Singaraja f.
Sulawesi Utara
7. Balikpapan g.
Jawa tengah
8. Martapura h.
Nusa Tenggara Timur
9. Gorontalo
i. Sulawisi Tengah
10. Ende j.
Kalimantan Selatan
k.
Daerah Istimewa Yogyakarta
l. Jawa Timur
m.
Bengkulu
n. Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Cara mengolah skor:
dihitung
S = R
Artinya skor terahir
dihitung jawaban yang benar saja.
4. Tes Isian (Completion Test)
Completion test biasa kita sebut dengan tes isian, tes
menyempurnakan atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas
kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang
dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengrtian kit
minta dari murid.
Contoh:
a. Colombus menemukan Benua Amerika pada tahun …….
b. Air akan membeku pada suhu ……. Derajat Fahrenheit (Sudaryono, 2012: 118).
5. Soal Jawaban Singkat
Soal
bentuk jawaban singkat adalah yang menuntut peserta tes untuk memberikan
jawaban singkat, berupa kata prase, nama tempat, nama tokoh, atau kalimat yang
sudah pasti. Bentuk soal jawaban singat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik yang sangat sederhana. Beberapa
kemampuan atau indikator ini berikut ini menunjukkan pengunaan bentuk soal
jawaban singkat yang sering digunakan guru kelas.
Contohnya:
a. Kemampuan menyebutkan istilah
1) Garis apakah yang menghubungkan daerah yang sama tekanannya pada peta
cuaca ?(isobar)
2) Satuan apakah yang dipergunakan untuk menyatakan panjang sebuah benda
?(meter atau centimeter)
3) Dinamakan apakah perpindahan penduduk dari kota besar ke desa
?(transmigrasi)
b. Kemampuan menyebutkan fakta
1) Berapa tahun sekali anggota DPR
dipilih ?(5)
2) Dibagi berapa bagian waktukah wilayah Indonesia ?(3)
c. Kemampuan menginterprestasi data sederhana
1) Berapa huruf n dalam kata kunci Indonesia ?(2)
2) Dalam bilangan 653, berapa nilai bilangan 6 ?(600)
3) Berapa besarnya sudut segitiga ?(60)
4) Jika pesawt terbang pergi kearah utara lalu memutar 90 derajat kekiri,
kemanakah arah pesawat sekarang ?(timur)
Bentuk
soal jawaban singkat terkadang juga dapat mengukur kemampuan yang lebih tinggi
seperti peserta didik diminta untuk menginterprestasi diagram, chart, grafik,
atau dat pictorial. Hal ini antara lain berkaitan dengan mata pelajaran
matematika maupun sains. Beberapa contoh soal berikut ini menunjukkan kemampuan
yang lebih tinggiyang dapat diukur oleh bentuk soal jawaban singkat (Sudaryono,
2012: 120-121).
Metode evaluasi dalam pendidikan dapat dibedakan menjadi dua macam bentuk, yaitu: tes dan
nontes. Tipe evaluasi yang pertama adalah tes yang biasanya direalisasikan
dengan tes tertulis. Tes ini digunakan utamanya utuk memperoleh data, baik data
kuantitatif maupun kualitatif. Tes tertulis juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: tes objektif dan
tes esai. Tes tertulis digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif
pengetahuan secara komprehensif dan fakta penggunaannya.
Tes objektif pada umumnya disebut juga sebagai alat evaluasi guna
mengungkap atau menghafal kembali dan mengenal materi yang telah diberikan. Tes
ini biasanya diberikan dengan item pertanyaan menghafal yang diantaranya
sebagai jawaban bebas, melengkapi, dan identifikasi. Pertanyaan pengenalan (recognition question) dibedakan menjadi
tiga macam bentuk tampilan, yaitu soal benar-salah, pilihan ganda, dan
menjodohkan. Pertanyaan esai pada umumnya dapat dibedakan kedalam dua jawaban
berbeda, yaitu: jawaban terbatas dan jawaban luas. Evaluasi yang dibuat dengan
menggunakan pertanyaan esai biasanya digunakan untuk menerangkan,
mengontraskan, menunjukkan hubungan, memeberikan pembuktian, menganalisis
perbedaan, menarik kesimpulan, dan menggeneralisasi peserta didik.
Bentuk kedua suatu evaluasi adalah alat nontes. Alat nontes ini digunakan
untuk mengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar efektif dari siswa.
Ketetapat alat nontes perlu diperhatikan oleh para guru, karena sering kali
dalam penggunaan evaluasi memerlukan pertimbangan subjektifitas yang dapat
menghasilkan penilaian yang mungkin bervariasi diantara dua orang guru. Alat
nontes kadang ada ang menggunakan pengukuran tetapi ada pula yang tidak
menggunakan pengukuran, sebagai contoh yaitu: observasi, bentuk laporan, dan
teknik audio visual.
Alat evaluasi lain yang termasuk nontes adalah angket atau kuesioner.
Angket banyak digunakan dalam proses penelitian guna mengeksplorasi informasi
atas dasar pilihan siswa. Dalam bidang evaluasi, angket sering digunakan untuk
menentukan kondisi tertentu dan fakta tentang siswa. Alat ini boleh
dipertimbangkan secara individual atau secara grup (Sukardi, 2012: 11-12).
E. Model-Model Evaluasi Pembelajaran
Model evaluasi
merupakan desain evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli evaluasi, yang
biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap evaluasinya. Selain itu,
ada ahli evaluasi yang membagi evaluasi sesuai dengan misi yang akan dibawakan dan kepentingan yang ingin diraih serta ada
yang menyesuaikan dengan paham yang dianutnya yang disebut dengan pendekatan
(Eko, 2011: 172)
Model-model
evaluasi dibagi dua yaitu:
1.
Model evaluasi kuantitatif, yang meliputi:
model Tyler, model teoretik Taylor dan Maguire, model pendekatan sistem Alkin,
model Countenace Stake, model CIPP, model ekonomi mikro.
2.
Model evaluasi kualitatif, yang meliputi:
model studi kasus, model iluminatif, dan model responsif.
Adapun model-model evaluasi pembelajaran yang lain yaitu:
1.
Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan
oleh Tyler.
2.
Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh
Scriven.
3.
Formatif Sumatif Evaluation Model,
dikembangkan oleh Michael Scriven.
4.
Countenance Evaluation Model, dikembangkan
oleh Stake.
5.
Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh
Stake.
6.
CSE-UCLA Evaluation model, menekankan pada
“kapan” evaluasi dilakukan.
7.
CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh
Stufflebeam.
8.
Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh
Provus.
Berbagai pakar evaluasi pendidikan
mengemukakan adanya empat konsep atau model evaluasi pendidikan yang telah
dikembangkan selama ini yaitu konsep atau model Pengukuran (Measurement),
Persesuaian (Congruence), Evaluasi Sistem Pendidikan (Educational System
Evaluation), dan Iluminasi (Illumination). Dalam uraian masing-masing konsep di
atas akan dibahas pandangan-pandangan dasar mengenai evaluasi pendidikan yang
mencakup pandangan tentang hakikat evaluasi itu sendiri, ruang lingkup yang
tercakup di dalamnya, serta pendekatan yang ditempuh dalam proses evaluasi.
Berikut ini diuraikan hakekat, ruang lingkup dan pendekatan masing-masing model
evaluasi di bidang, dengan mengutip sepenuhnya uraian dari (Daryanto. 2005: 72-97).
F.
Evaluasi dalam
Belajar Mengajar
Evaluasi merupakan bagian dari proses
belajar mengajar yang secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar mengajar. Pada sebagian guru masih ada asumsi yang tidak tepat. Asumsi
yang tidak pada tempatnya misalnya, adalah hal yang biasa jika kegiatan yang
diharuskan oleh peraturan atau undang-undang. Aturan yang yang mengikattersebut
termasuk Pasal 58 ayat (1) UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang
menyatakan evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk
memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, uraian berikut mendiskusikan
cara evaluasi yang dilakukan guru untuk menhasilkan kegiatan belajar mengajar
yang lebih baik. Ada empat pertimbangan yang perlu dipehatikan oleh guru dalam
melakukan evaluasi belajar. Keempat pertimbangan tersebut, yaitu sebagai
berikut :
a.
Mengidentifikasikan tujuan yang dapat
dijabarkan dari; 1) prosedur evaluasi dan hubungannya dengan mengajar, 2)
pengembangan interes kebutuhan individu, 3) kebutuhan individu siswa, 4)
kebutuhan yang dikembangkan dari komunitas/masyarakat, 5) dikembangkan evaluasi
hasil belajar pendahulunya, 6) dikembangkan dari analisis pekerjaan, dan 7)
pertimbangan dari para ahli evaluasi.
b.
Menentukan pengalaman belajar yang
biasanya direalisasi dengan pretes sebagai awal, pertengahan, dan akhir
pengalaman belajar (postes).
c.
Menentukan standar yang bisa
dicapai dan “menentang” siswa belajar lebih giat. Pembuatan standar yang dapat
diajarkan melalui penilaian materi, penggunaan alat bantu visual. Di samping
itu, standar juga dapat dibuat melalui pengembangan dan pemakaian alat
observasi yang sering dilakukan oleh seorang guru untuk memenuhi kepentingan
mereka.
d.
Mengembangkan keterampilan dan
mengambil keputusan guna; 1) memilih
tujuan, 2) menganalisis pertanyaan problem solving, dan 3) menentukan nilai
seorang siswa
Prosesnya evaluasi dalam pembelajaran PAI terukur dari setiap penyelenggaraaan program
kurikulum untuk setiap mata pelajaran
yang dikembangkan dalam pembelajaran. Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa evaluasi kurikulum dapat berfungsi sebagai sarana:
a.
Perbaikan, dimana evaluasi yang
dilakukan bertujuan untuk memperbaiki isi
program, pelaksanaan, dan evaluasi itu sendiri, serta upaya kearah
inovasi kurikulum masa yang akan datang.
b.
Penempatan, dalam arti evaluasi
kurikulum ditujukan untuk melihat hasil
pembelajaran , dimana peserta didik yang mengikuti program kurikulum
dalam bentuk pembelajaran akan dipetakan
dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah. Hal ini sangat penting guna menilai
dan mengembangkan kualitas dan kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan peserta
didik.
c.
Penyebaran, evaluasi kurikulum
dilaksanakan dalam rangka memberikan
perlakukan secara merata pada setiap satuan pendidikan dna jenjang pendidikan untuk semua daerah baik perkotaan,
pedesaan bahkan daerah terpencil sekalipun. Tujuannya agar kurikulum
betul-betul teruji oleh semua kondisi dan karakteristik sistem pembelajaran
sebagai wujud implementasinya di lapangan.
d.
Penelitian dan Pengembangan,
evaluasi kurikulum dilaksanakan guna melihat dampak atau perubahan-perubahan
yang terjadi dimasyarakat, apakah kurikulum tersebut dapat diterima atau masih
perlu direvisi bahkan dikembangkan. Hal ini sangat penting guna mengontrol
implementasi kurikulum diseluruh tanah air. Dari keempat fungsi evaluasi
kurikulum di atas, maka dapat terlihat jika salah satunya dilaksanakan, maka
akan menuntut langkah atau fungsi yang lainnya untuk dilakukan juga. Hal ini
memungkinkan terjadi karena jika dikembalikan pada pemahaman kurikulum sebagai
suatu sistem, dengan demikian pelaksanaan
evaluasi kurikulum juga harus berbasis sistemik. (Sukardi, 2012: 12-13).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Evalusi
pembelajaran suatu proses yang harus ditempuh dalam rangka pengukuran dan
penilaian di bidang pendidikan, sehingga dari data hasil pengukuran tersebut
dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi.
2.
Tujuan
evaluasi dibagi menjadi tujuan umum yaitu: untuk mengumpulkan data yang akan
dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau
kemajuan yang dialami siswa, untuk memungkikan para guru menilai aktivitas atau
pengalaman mengajar yang telah dilaksanakan, dan untuk mengetahui tingkat
efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses
pembelajaran selama jangka waktu tertentu.
3.
Prinsip yang perlu diperhatikan
dalam melakukan evaluasiialah
a.
Prinsip Berkesinambungan (continuity)
b.
Prinsip Menyeluruh (comprehensive)
c.
Prinsip Objektif (objectivity)
d.
Prinsip Validitas (validity)
e.
Prinsip Penggunaan Kriteria
f.
Prinsip Kegunaan
4.
Adapun lima tahapan prosedur
evaluasi pembelajaran sebagai berikut:
a.
Penyusunan Rancangan
b.
Penyusunan Instrumen
c.
Pengumpulan Data
d.
Analisis Data
e.
Penyusunan Laporan
5.
Ada beberapa tes prestasi belajar yaitu: tes benar-salah, tes pilihan
ganda, tes soal menjodohkan, dan tes jawaban singkat. Serta terdapat metode
dalam evaluasi pembelajarannya dibagi dua yaitu bentuknya tes dan nontes.
6.
Model-model dalam evaluasi pembelajaran ada enam, yaitu:
a.
Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan
oleh Tyler.
b.
Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh
Scriven.
c.
Formatif Sumatif Evaluation Model,
dikembangkan oleh Michael Scriven.
d.
Countenance Evaluation Model, dikembangkan
oleh Stake.
e.
Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh
Stake.
f.
CSE-UCLA Evaluation model, menekankan pada
“kapan” evaluasi dilakukan.
g.
CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh
Stufflebeam.
h.
Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh
Provus.
7.
Evaluasi dalam pembelajaran PAI ialah Prosesnya
evaluasi dalam pembelajaran
PAI terukur dari
setiap penyelenggaraaan program kurikulum untuk setiap mata pelajaran yang dikembangkan dalam
pembelajaran. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kurikulum
dapat berfungsi sebagai sarana:
b.
Perbaikan, dimana evaluasi yang
dilakukan bertujuan untuk memperbaiki isi
program, pelaksanaan, dan evaluasi itu sendiri, serta upaya kearah
inovasi kurikulum masa yang akan datang.
c.
Penempatan, dalam arti evaluasi
kurikulum ditujukan untuk melihat hasil
pembelajaran , dimana peserta didik yang mengikuti program kurikulum
dalam bentuk pembelajaran akan dipetakan
dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah.
d.
Penyebaran, evaluasi kurikulum
dilaksanakan dalam rangka memberikan perlakukan
secara merata pada setiap satuan pendidikan dna jenjang pendidikan untuk semua daerah baik perkotaan,
pedesaan bahkan daerah terpencil sekalipun.
e.
Penelitian dan Pengembangan,
evaluasi kurikulum dilaksanakan guna melihat dampak atau perubahan-perubahan
yang terjadi dimasyarakat.
B.
Saran
1.
Dalam Evaluasi kurikulum hendaknya
melibatkan semuah komponen agar apa yang di harapakan, dalam tujuan kurikulum
bisa terlaksanakan sesuai dengan apa yang dicita-citakan .
2.
Evaluasi kurikulum diharapkan
memperhatikan,isi, tujuan pendidan dan
paling utama adalah melihat karakteristik, motivisasi, minat siswa
dalam proses pembelajaran.
Daftar pustaka
Arikunto,
Suharsimi. 1988. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto. 2005. Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Eko Saputro. 2011. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Sudijono,
Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Sukardi. 2012. Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar