Selasa, 01 Desember 2015

KOMPONEN-KOMPONEN PERKEMBANGAN KURIKULUM



 KOMPONEN-KOMPONEN PERKEMBANGAN KURIKULUM
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah
:
Dasar-Dasar Perkembangan Kurikulum
Dosen Pengampu
:
Drs. H. Nawawi, M. Ag












Disusun oleh:
Kelompok 4
Ade Safrudin
:
(1414111001)
Dalilatul Fatihah
:
(1414111012)
Luqman Hakim
:
(1414111034)

Fakultas/ Jurusan/ Semester: Tarbiyah/ PAI-A/ 3
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Telp. (0231) 48624 Fax. (0231) 488926 Cirebon 45132
2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah kata yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia saat ini. Manusia dipandang bermartabat atau berkedudukan tinggi apabila memperoleh pendidika yang tinggi. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang terencana serta memiliki kurikulum yang jelas.
Kurikulum erat kaitanya dengan pendidikan, sebab kurikulum mengatur jalanya proses pendidikan baik itu materi, cara belajar dan evaluasi. Kurikulum yang baik biasanya disesuaikan dengan keadaan dari lingkungan pendidikan. Hal ini disebabkan karena tidak akan efektif apabila sebuah kurikulum dibuat tidak berdasarkan waktu dan tempat yang tepat.
Kurikulum sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan waktu. Sedangkan waktu dan lingkungan selalu berubah. Sehingga tuntutan yang ada mengenai pendidikan serta cara pendang seseorang terhadap pendidikan akan berubah. Oleh sebab itu perubahan kurikulum bukan sesuatu yang dipaksakan, melainkan sesuatu yang dibutuhkan.
Indonesia merupakan negara berkembang saat ini. Sehingga perubahan kurikulum tidak bisa terelakkan lagi. Perubahan kurikulum terjadi untuk memperbaiki pendidikan bukan untuk merusak pendidikan. Oleh sebab itu ada prinsip-prinsip yang perlu diketahui dalam perubahan kurikulum yang akan disampaikan dalam makalah ini, sehingga diharapkan perubahan kurikulum membuatnya lebih baik bukanya merusak pendidikan.








B.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana  macam landasan kurikulum ?
2.      Bagai mana penjabaran landasan filosofis dan psikologis?
3.      Bagaimana hubungan landasan filosofis dan psikologis terhadap pengembangan kurikulum PAI?
C.  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain dari untuk memenuhi tugas terstruktur juga diharapkan mahasiswadapat  mengetahui serta menjelaskan:
1.      Pengertian dan macam-macam landasan kurikulum
2.      Hakikat dari landasan filosofis dan psikologis
3.      Hubungan landasan filosofis dan psikologis terhadap pengembangan kurikulum PAI

















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Macam- macam Landasan Kurikulum
Menurut (PP Nomor 32 Tahun 2013) bagian kesatu dalam  kerangka dasar Pasal 77A  ayat 1 menyatakan Kerangka Dasar Kurikulum berisi landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
Faktor-faktor yang terlibat dalam pengembangan kurikulum terdiri dari beberapa asas atau landasan dasar yaitu:
1.        Landasan filisofis yang pada hakikatnya menentukan tujuan umum pendidikan;
2.        Landasan Psikolois yang memberikan prinsip-prinsip tentang perkembangan anak dalam berbagai aspek serta cara belajar agar bahan yang disediakan dapat dicerna dan dikuasai oleh anak sesuai dengan taraf pengembangannya;
3.        Landasan organisatoris yang memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana bahan pelajaran itu disusun, bagai mana luas dan urutanya
4.        Landasan sosiologis yang memberikan dasar untuk menentukan hal-hal yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, dan perkembangan ilmu teknologi (Ahmad,1998:15).
Setelah mengtahui landasan-landasan dasar dalam pengembangan kurikulum dalam makalah ini hanya akan membahas tentang landasan filosofis dan landasan psikologis. Adapun mengenai landasan organisatoris dan sosiologis tidak akan dibahas dalam makalah ini.
B.  Hakikat Landasan Filosofis dan Psikologis
1.    Landasan Filosofis
Filsafat adalah cara berfikir yang sedalam-dalamnya, yakni sampai akarnya tentang hakikat sesuatu. Kurikulum pada suatu negara sangat bergantung dengan filsafat apa yang dianut oleh negara atau wilayah. Macam-macam  pandangan filsafat terutama filsafat pendidikan berpengaruh terhadap kurikulum. berikut adalah macam- macam aliran filsafat serta pengaruhnya terhadap kurikulum.
a)    Aliran Perenialisme
Aliran ini bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui pengetahuan yang abadi, universal, dan absolut atau perenial. Kurikulum yang diinginkan oleh aliran ini terdiri atas subjek atau  mata pelajaran yang terpisah sebagai disiplin ilmu dengan menolak penggabungan seperti IPA atau  IPS. Hanya mata pelajaran yang dianggap penting dalam mengembangkan kemampuan intelektual seperti matematika, fisika, kimia, biologi yang diajarkan. Sedangkan yang berhubungan dengan emosi dan jasmani dikesampingkan. Pelajaran yang diberikan termasuk sulit karena memerlukan intelegensi tinggi. kurikulum ini memberi persiapan yang sungguh-sungguh bagi studi di perguruan tinggi.
b)   Aliran Idialisme
Aliran ini berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari dunia supra natural atau dari tuhan. Boleh dikatakan hampir semua Agama menganut filsafat idealisme. Kebenaran dipercayai berasal dari Tuhan yang diterima melalui wahyu. Kebenaran ini termasuk dogma dan norma-norma yang bersifat mutlak. Apa yang datang dari Tuhan dianggap baik dan benar. tujuan hidup ialah memenuhi kehendak Tuhan.
Filsafat ini umumnya diterapkan disekolah yang berorientasi religius. Semua siswa diharuskan mengikuti pelajara Agama, menghdiri khotbah dan membaca Kitab Suci. Biasanya bersifat disiplin, pelanggaran diberi hukuman yang setimpal bahkan dapat dikeluarkan dari sekolah. Namun pendidikan intelektual juga sangat diutamakan dengan menentukan standar mutu yang tinggi 
c)    Aliran Realisme
Aliran ini berorientasi pada kebenaran melalui pengamatan dan penelitian ilmiah. Tujuan hidup adalah memperbaiki kehidupan melalui penelitian ilmiah. Sekolah yang beraliran realisme mengutamakan pengetahuan yang sudah mantap sebagai hasil penelitian ilmiah yang dituangkan secara sistematis dalam berbagai disiplin ilmu atau pelajaran karena mengutamakan pengetahuan yang esensial maka pelajaran tambahan seperti keterampilan dan kesenian dianggap tidak perlu. Kurikulum menurut aliran ini tidak memperhatikan minat anak, namun diharapkan agar menaruh minat terhadap pelajaran akademis.
d)   Aliran Pragmatisme
Aliran ini disebut juga aliran instrumentalisme atau utilitarianisme dan berpendapat bahwa kebenaran adalah buatan manusia bedasarkan pengalamannya tidak ada kebenaran mutlak, kebenaran adalah tentatif dan dapat berubah. hal yang baik ialah yang berakibat baik untuk masyarakat. Tujuan hidup adalah mengabdi kepada masyarakat dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tugas guru bukan sekedar menyampaikan materi melainkan memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan guna memecahkan masalah atas dasar kepercayaan bahwa belajar  itu dapat dilakukan oleh anak sendiri. Dalam  perencanaan kurikulum orang tua dan masyarakat sering dilibatkan agar dapat memadukan sumber-sumber pendidikan formal dengan sumber sosial, politik, dan ekonomi agar dapat memperbaiki ekonomi kondisi hidup manusia. Banyak di antara penganut aliran ini menganggap sekolah sebagai masyarakat kecil.
e)    Aliran Eksistensialisme
Aliran ini mengutamakan individu sebagai faktor dalam menentukan apa yang baik dan benar. Norma-norma hidup berbeda secara indivudual dan ditentukan masing-masing secara bebas, namun dengan pertimbangan jangan menyinggung perasaan orang lain. Tujuan hidup adalah menyempurnakan diri, merealisasikan diri. Aliaran ini mengarahkan peserta didik agar menentukan pilihan dan keputusan sendiri dengan menolak otoritas orang lain. Siswa harus bebas berfikir dan mengambil keputusan sendiri secara bertanggung jawab. sekolah yang menerapkan aliran ini menolak segala kurikulum, pedoman, instruksi, buku wajib dan lain-lain dari pihak luar. Anak harus mencari identitasnya sendiri, menentukan standarnya sendiri dan kurikulumnya sendiri. Sehingga mereka tidak dipersiapkan untuk menempuh ujian nasional. Dari segala mata pelajaran mungkin ilmu sosial yang paling menarik mereka. Pendidikan moral tidak diajarkan kepada mereka juga tidak di tetapkan aturan-aturan yang harus mereka patuhi. Bimbingan yang diberikan sering bersifat nondirective, dimana guru banyak mendengarkan dan mengajukan pertanyaan tanpa menggingatkan apa yanga harus dilakukan anak (Nasution. 1995: 22-26) .
2.    Landasan Psikologis
Sukmadinata (2002: 45-54) menyatakan bahwa psikologis adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Dalam kaitannya dengan kurikulum minimal ada dua bidang psikologis yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Keduanya sangat diperlukan baik di dalam merumuskan tujuan, memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode pembelajaran serta teknik-teknik penilaian.
a.    Psikologi perkembangan
Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai dengan dewasa.
1)   Teori Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan individu, yaitu pendekatkatan pentahapan (stage approach), pendekatan (diverensial approach) pendekatan ipsatif (dipsative approach)
2)   Metode dalam psikologi perkembangan
Pengetahuan tentang perkembangan individu diperoleh memalui studi yang bersifat longitudinal, cross sectional, psiko analitic, sosiologic, atau studi kasus.
a)      Studi longitudinal menghimpun informasi perkembangan individu melalui pengamatan dan pengkajian perkembangan semasa perkembangan, dari lahir sampai dengan dewasa, seperti yang dikemukakan oleh Williard C.Olson.
b)      Metode cross sectional pernah dilakukan oleh Arnold Gessel, ia mempelajari beribu-ribu anak dari berbagai tingkatan usia, mencatat ciri-ciri fisik dan mental, pola-pola perkemabangan dan kemampuan serta perilaku mereka.
c)      Studi psikoanalitik dilakukan oleh Sigmund Freud beserta para pengikutnya. Studi ini lebih banyak diarahkan mempelajari perkembangan anak pada masa-masa sebelumnya, terutama pada masa kanak-kanak (Balita).
d)     Metode sosiologic digunakan oleh Robert Havighrust yang mempelajari perkembangan anak dilihat dari tuntutan akan tugas yang dihadapi dan dilakukan dalam masyarakat.
e)      Metode Studi kasus ialah metode dengan mempelajari kasus-kasus tertentu, para ahli pasikologi perkembangan menarik beberapa kesimpulan tentang pola-pola perkembangan anak. Studi demikian pernah dilakukan oleh Jean Piaget tentang perkembangan kognitif anak.
b.    Psikologi belajar
Merupakan studi tentang bagaimana individu belajar. banyak sekali definisi tentang belajar secara sederhana, belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman. segala perubahan tingkah laku baik yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor dan terjadi karena proses pengalaman dapat dikategorikan sebagai prilaku belajar. perubahan- perubahan perilaku yang terjadi karena insting atau karena kematangan serta pengaruh hal-hal yang bersifat kimiawi tidak termasuk belajar.  
C.  Hubungan Landasan Filosofis dan Psikologis Terhadap Pengembangan Kurikulum PAI
1.    Hubungan Landasan Filosofis Terhadap Pengembangan Kurikulum PAI
Dari uraian materi di atas dapat di analisis bahwa setiap landasan kurikulum berpengaruh pada tiap bidang pelajaran yang akan diajarkan. Begitupula pendidikan Agama Islam dipengaruhi oleh landasan kurikulum yang berlaku dalam suatu negara. Landasan filosofis sangat berpengaruh dalam pengembangan kurikulum PAI. Terutama filsafat yang terkait dengan pengembangan PAI adalah Idialisme
Aliran filsafat idialisme berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari dunia supranatural atau dari tuhan. Boleh dikatakan hampir semua Agama menganut filsafat idealisme. Kebenaran dipercayai berasal dari Tuhan yang diterima melalui wahyu. Kebenaran ini termasuk dogma dan norma-norma yang bersifat mutlak. Apa yang datang dari Tuhan dianggap baik dan benar. tujuan hidup ialah memenuhi kehendak Tuhan. Filsafat ini umumnya diterapkan disekolah yang berorientasi religius. Semua siswa diharuskan mengikuti pelajara Agama, menghdiri khotbah dan membaca Kitab Suci. Biasanya bersifat disiplin, pelanggaran diberi hukuman yang setimpal bahkan dapat dikeluarkan dari sekolah. Namun pendidikan intelektual juga sangat diutamakan dengan menentukan standar mutu yang tinggi (Nasution. 1995: 23)
Pendidikan Agama Islam Atau PAI di Indonesia sangat dipengaruhi oleh beberapa idialisme diantaranya adalah tauhid, fiqih, dan tasawuf. Tauhid atau yang dikenal dalam dunia pendidikan sebagai teologi berperan cukup penting dalam landasan dasar PAI. Di Indonesia teologi yang berkembang ialah ahlu al-sunnah. Sedangkan pemikiran seperti mu’tazilah, jabaeiyah, qodariyah kurang terlalu berkembang di Indonesia.
Ahlu al-Sunnah (ahlu sunnah) menjadi terkenal di wilayah Nusantara sebab para pendakwah yang datang ke Indonesia memiliki paham ahlu al-Sunnah. Aliran ini dicetuskan oleh Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Manshur Al-Maturidy. Di Indonesia aliran ini mengembangkan pemahaman tentang sifat wajib bagi Allah yang berjimlah 20, sifat muhal 20 dan satu sifat jaiz. Selain itu dikemukakan pula sifat-sifat wajib bagi Nabi dan lain sebagainya.
Ilmu kalam sangat berkembang terutama pada pondok-pondok pesantren. Selain ilmu kalam aliran fiqih atau mazhab yang dipakai mayoritas masyarakat Indonesia adalah mazhab syafi’i. sehingga mazhab lain kurang begitu diperhatikan. Kemudian tasawuf Imam Al-Gazali di Indonesia sangat terkenal. Hal ini yang mendasari tasawuf beliau sering digunakan atau sering terpraktek di masyarakat.
Oleh sebab tiga landasan pokok tadi yakni ilmu kalam, fiqih serta tasawuf sangat berperan penting dalam perumusan atau pengembangan kurikulum PAI. Tauhid menjadi landasan kepercayaan, fiqih menjadi landasan ibadah, sedangkan tasawuf sebagai landasan akhlak.
2.    Hubungan Landasan Psikologis Terhadap Pengembangan Kurikulum PAI
Sukmadinata (2002: 45-54) menyatakan bahwa psikologis adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Dalam kaitannya dengan kurikulum minimal ada dua bidang psikologis yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Keduanya sangat diperlukan baik di dalam merumuskan tujuan, memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode pembelajaran serta teknik-teknik penilaian.
Psikologi diperlukan dalam setiap pembelajaran sebab, perlu dipahami dalam tingkat perkembangan setiap pesserta didik memiliki tingkatan-tingkatan perkembangan yang harus diketahui. Apabila tingkat perkembangan diketahui dengan baik maka, dalam penyusunan kurikulum materi yang diberikan serta metode apa yang digunakan dapat disusun dengan baik. Ketidak tahuan pengajar terhadap perkembangan peserta didik akan mengakibatkan penyampaian materi menjadi percuma dan tidak maksimal.
Penyusunan kurikulum PAI yang diselaraskan dengan pemahaman psikologi akan menghasilkan strategi yang baik. Misalnya untuk usia sekolah dasar materi yang diajarkan lebih bersifat ibadah seperti solat, puasa dan zakat. Kemudian untuk taraf yang lebih tinggi seperti sekolah menengah atas dapat diajarkan hal-hal yang lebih rumit seperti jual beli, warisan dan lain-lain.





























BAB II
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
1.      Kurikulum ialah hal yang penting dalam sebuah pendidikan. Perubahan dalam kurikulum harus mengacu pada beberapa landasan dasar yakni, landasan filosofis, Psikologis, sosiologis,  dan organisatoris. Keempat hal ini sangat berpengaruh dalam pembentukan dan pengembangan kurikulum. Filosofis ialah mendasar atau radikal, sehingga diharapkan pendidikan harus lah mendasar, artinya menyentuh hal- hal yang diperlukan atau tujuannya jelas. Landasan filosofis dipengaruhi oleh beberapa pemikiran filsafat seperti esensialisme, pragmatisme, perenialisme dan lain sebagainya.
2.      Landasan psikologis lebih dipengaruhi oleh prilaku dan kesadaran atas minat dan kebutuhan siswa. Psikologis lebih mengarahkan kurikulum kepada penyampaian materi atau model belajar yang tepat digunakan pada siswa. Perbedaan yang sangat menonjol antara landasan filosofis dan psikologis ialah landasan filosofis bersifat inti sedangkan psikologis sebagai penunjang, kemudian landasan filosofis dipengaruhi oleh pola pikir sedang landasan psikologis dipengaruhi oleh prilaku.
3.      Landasan Filosofis lebih mempengaruhi terhadap kandungan isi materi yang akan diajarkan dalam pengajaran PAI. Sedangkan landasan psikologis lebih mengarah pada kapan tepatnya sebuah materi diajarkan kepada peserta didik dan metode apa yang tepat digunakan dalam setiap pengajaran materi Islam.






DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M. Dkk. 1998. Pengembangan Kurikulum. Pustaka Setia: Bandung
Nasution, S. 1995. Asas- asa Kurikulum. Bumi Aksara: Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2002. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya: Bandung.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar