KOMPONEN-KOMPONEN PERKEMBANGAN
KURIKULUM
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata
Kuliah
|
:
|
Dasar-Dasar
Perkembangan Kurikulum
|
Dosen
Pengampu
|
:
|
Drs.
H. Nawawi, M. Ag
|
Disusun oleh:
Kelompok 4
Ade Safrudin
|
:
|
(1414111001)
|
Dalilatul Fatihah
|
:
|
(1414111012)
|
Luqman Hakim
|
:
|
(1414111034)
|
Fakultas/
Jurusan/ Semester: Tarbiyah/ PAI-A/ 3
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
Jl. Perjuangan
By Pass Sunyaragi Telp. (0231) 48624 Fax. (0231) 488926 Cirebon 45132
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah kata yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
manusia saat ini. Manusia dipandang bermartabat atau berkedudukan tinggi
apabila memperoleh pendidika yang tinggi. Pendidikan yang baik adalah
pendidikan yang terencana serta memiliki kurikulum yang jelas.
Kurikulum erat kaitanya dengan pendidikan, sebab kurikulum mengatur
jalanya proses pendidikan baik itu materi, cara belajar dan evaluasi. Kurikulum
yang baik biasanya disesuaikan dengan keadaan dari lingkungan pendidikan. Hal
ini disebabkan karena tidak akan efektif apabila sebuah kurikulum dibuat tidak
berdasarkan waktu dan tempat yang tepat.
Kurikulum sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan waktu. Sedangkan
waktu dan lingkungan selalu berubah. Sehingga tuntutan yang ada mengenai
pendidikan serta cara pendang seseorang terhadap pendidikan akan berubah. Oleh
sebab itu perubahan kurikulum bukan sesuatu yang dipaksakan, melainkan sesuatu
yang dibutuhkan.
Indonesia merupakan negara berkembang saat ini. Sehingga perubahan
kurikulum tidak bisa terelakkan lagi. Perubahan kurikulum terjadi untuk
memperbaiki pendidikan bukan untuk merusak pendidikan. Oleh sebab itu ada
prinsip-prinsip yang perlu diketahui dalam perubahan kurikulum yang akan
disampaikan dalam makalah ini, sehingga diharapkan perubahan kurikulum
membuatnya lebih baik bukanya merusak pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
Dari
latar belakang masalah di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
macam landasan kurikulum ?
2.
Bagai
mana penjabaran landasan filosofis dan psikologis?
3.
Bagaimana
hubungan landasan filosofis dan psikologis terhadap pengembangan kurikulum PAI?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini selain dari untuk memenuhi tugas terstruktur
juga diharapkan mahasiswadapat
mengetahui serta menjelaskan:
1.
Pengertian
dan macam-macam landasan kurikulum
2.
Hakikat
dari landasan filosofis dan psikologis
3.
Hubungan
landasan filosofis dan psikologis terhadap pengembangan kurikulum PAI
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Macam- macam Landasan Kurikulum
Menurut (PP
Nomor 32 Tahun 2013) bagian kesatu dalam
kerangka dasar Pasal 77A ayat 1
menyatakan Kerangka Dasar Kurikulum berisi landasan filosofis, sosiologis,
psikopedagogis, dan yuridis sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
Faktor-faktor
yang terlibat dalam pengembangan kurikulum terdiri dari beberapa asas atau
landasan dasar yaitu:
1.
Landasan
filisofis yang pada hakikatnya menentukan tujuan umum pendidikan;
2.
Landasan
Psikolois yang memberikan prinsip-prinsip tentang perkembangan anak dalam
berbagai aspek serta cara belajar agar bahan yang disediakan dapat dicerna dan
dikuasai oleh anak sesuai dengan taraf pengembangannya;
3.
Landasan
organisatoris yang memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana bahan
pelajaran itu disusun, bagai mana luas dan urutanya
4.
Landasan
sosiologis yang memberikan dasar untuk menentukan hal-hal yang akan dipelajari
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, dan perkembangan ilmu teknologi
(Ahmad,1998:15).
Setelah
mengtahui landasan-landasan dasar dalam pengembangan kurikulum dalam makalah
ini hanya akan membahas tentang landasan filosofis dan landasan psikologis.
Adapun mengenai landasan organisatoris dan sosiologis tidak akan dibahas dalam
makalah ini.
B.
Hakikat Landasan Filosofis dan Psikologis
1.
Landasan
Filosofis
Filsafat adalah cara berfikir yang sedalam-dalamnya, yakni sampai
akarnya tentang hakikat sesuatu. Kurikulum pada suatu negara sangat bergantung
dengan filsafat apa yang dianut oleh negara atau wilayah. Macam-macam pandangan filsafat terutama filsafat
pendidikan berpengaruh terhadap kurikulum. berikut adalah macam- macam aliran
filsafat serta pengaruhnya terhadap kurikulum.
a)
Aliran
Perenialisme
Aliran ini bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak
melalui pengetahuan yang abadi, universal, dan absolut atau perenial. Kurikulum
yang diinginkan oleh aliran ini terdiri atas subjek atau mata pelajaran yang terpisah sebagai disiplin
ilmu dengan menolak penggabungan seperti IPA atau IPS. Hanya mata pelajaran yang dianggap
penting dalam mengembangkan kemampuan intelektual seperti matematika, fisika,
kimia, biologi yang diajarkan. Sedangkan yang berhubungan dengan emosi dan
jasmani dikesampingkan. Pelajaran yang diberikan termasuk sulit karena memerlukan
intelegensi tinggi. kurikulum ini memberi persiapan yang sungguh-sungguh bagi
studi di perguruan tinggi.
b)
Aliran
Idialisme
Aliran ini
berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari dunia supra natural atau dari
tuhan. Boleh dikatakan hampir semua Agama menganut filsafat idealisme. Kebenaran
dipercayai berasal dari Tuhan yang diterima melalui wahyu. Kebenaran ini
termasuk dogma dan norma-norma yang bersifat mutlak. Apa yang datang dari Tuhan
dianggap baik dan benar. tujuan hidup ialah memenuhi kehendak Tuhan.
Filsafat ini
umumnya diterapkan disekolah yang berorientasi religius. Semua siswa diharuskan
mengikuti pelajara Agama, menghdiri khotbah dan membaca Kitab Suci. Biasanya
bersifat disiplin, pelanggaran diberi hukuman yang setimpal bahkan dapat dikeluarkan
dari sekolah. Namun pendidikan intelektual juga sangat diutamakan dengan
menentukan standar mutu yang tinggi
c)
Aliran
Realisme
Aliran ini
berorientasi pada kebenaran melalui pengamatan dan penelitian ilmiah. Tujuan
hidup adalah memperbaiki kehidupan melalui penelitian ilmiah. Sekolah yang
beraliran realisme mengutamakan pengetahuan yang sudah mantap sebagai hasil
penelitian ilmiah yang dituangkan secara sistematis dalam berbagai disiplin
ilmu atau pelajaran karena mengutamakan pengetahuan yang esensial maka
pelajaran tambahan seperti keterampilan dan kesenian dianggap tidak perlu. Kurikulum
menurut aliran ini tidak memperhatikan minat anak, namun diharapkan agar
menaruh minat terhadap pelajaran akademis.
d)
Aliran
Pragmatisme
Aliran ini
disebut juga aliran instrumentalisme atau utilitarianisme dan berpendapat bahwa
kebenaran adalah buatan manusia bedasarkan pengalamannya tidak ada kebenaran
mutlak, kebenaran adalah tentatif dan dapat berubah. hal yang baik ialah yang
berakibat baik untuk masyarakat. Tujuan hidup adalah mengabdi kepada masyarakat
dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tugas guru bukan sekedar menyampaikan
materi melainkan memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai
kegiatan guna memecahkan masalah atas dasar kepercayaan bahwa belajar itu dapat dilakukan oleh anak sendiri. Dalam perencanaan kurikulum orang tua dan
masyarakat sering dilibatkan agar dapat memadukan sumber-sumber pendidikan
formal dengan sumber sosial, politik, dan ekonomi agar dapat memperbaiki ekonomi
kondisi hidup manusia. Banyak di antara penganut aliran ini menganggap sekolah
sebagai masyarakat kecil.
e)
Aliran
Eksistensialisme
Aliran ini mengutamakan individu sebagai faktor dalam menentukan
apa yang baik dan benar. Norma-norma hidup berbeda secara indivudual dan
ditentukan masing-masing secara bebas, namun dengan pertimbangan jangan menyinggung
perasaan orang lain. Tujuan hidup adalah menyempurnakan diri, merealisasikan
diri. Aliaran ini mengarahkan peserta didik agar menentukan pilihan dan keputusan
sendiri dengan menolak otoritas orang lain. Siswa harus bebas berfikir dan
mengambil keputusan sendiri secara bertanggung jawab. sekolah yang menerapkan
aliran ini menolak segala kurikulum, pedoman, instruksi, buku wajib dan
lain-lain dari pihak luar. Anak harus mencari identitasnya sendiri, menentukan
standarnya sendiri dan kurikulumnya sendiri. Sehingga mereka tidak dipersiapkan
untuk menempuh ujian nasional. Dari segala mata pelajaran mungkin ilmu sosial
yang paling menarik mereka. Pendidikan moral tidak diajarkan kepada mereka juga
tidak di tetapkan aturan-aturan yang harus mereka patuhi. Bimbingan yang
diberikan sering bersifat nondirective, dimana guru banyak mendengarkan dan
mengajukan pertanyaan tanpa menggingatkan apa yanga harus dilakukan anak (Nasution.
1995: 22-26) .
2.
Landasan
Psikologis
Sukmadinata (2002: 45-54) menyatakan bahwa psikologis adalah ilmu
yang mempelajari tentang perilaku manusia. Dalam kaitannya dengan kurikulum
minimal ada dua bidang psikologis yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu
psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Keduanya sangat diperlukan baik
di dalam merumuskan tujuan, memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan
menerapkan metode pembelajaran serta teknik-teknik penilaian.
a.
Psikologi
perkembangan
Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa
konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai dengan
dewasa.
1)
Teori
Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan individu, yaitu
pendekatkatan pentahapan (stage approach), pendekatan (diverensial approach)
pendekatan ipsatif (dipsative approach)
2)
Metode
dalam psikologi perkembangan
Pengetahuan tentang perkembangan individu diperoleh memalui studi
yang bersifat longitudinal, cross sectional, psiko analitic, sosiologic, atau
studi kasus.
a)
Studi
longitudinal menghimpun informasi perkembangan individu melalui pengamatan dan
pengkajian perkembangan semasa perkembangan, dari lahir sampai dengan dewasa,
seperti yang dikemukakan oleh Williard C.Olson.
b)
Metode
cross sectional pernah dilakukan oleh Arnold Gessel, ia mempelajari beribu-ribu
anak dari berbagai tingkatan usia, mencatat ciri-ciri fisik dan mental, pola-pola
perkemabangan dan kemampuan serta perilaku mereka.
c)
Studi
psikoanalitik dilakukan oleh Sigmund Freud beserta para pengikutnya. Studi ini
lebih banyak diarahkan mempelajari perkembangan anak pada masa-masa sebelumnya,
terutama pada masa kanak-kanak (Balita).
d)
Metode
sosiologic digunakan oleh Robert Havighrust yang mempelajari perkembangan anak
dilihat dari tuntutan akan tugas yang dihadapi dan dilakukan dalam masyarakat.
e)
Metode
Studi kasus ialah metode dengan mempelajari kasus-kasus tertentu, para ahli pasikologi
perkembangan menarik beberapa kesimpulan tentang pola-pola perkembangan anak. Studi
demikian pernah dilakukan oleh Jean Piaget tentang perkembangan kognitif anak.
b.
Psikologi
belajar
Merupakan
studi tentang bagaimana individu belajar. banyak sekali definisi tentang
belajar secara sederhana, belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah
laku yang terjadi melalui pengalaman. segala perubahan tingkah laku baik yang
berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor dan terjadi karena proses pengalaman
dapat dikategorikan sebagai prilaku belajar. perubahan- perubahan perilaku yang
terjadi karena insting atau karena kematangan serta pengaruh hal-hal yang
bersifat kimiawi tidak termasuk belajar.
C.
Hubungan Landasan Filosofis dan Psikologis Terhadap Pengembangan Kurikulum
PAI
1.
Hubungan
Landasan Filosofis Terhadap Pengembangan Kurikulum PAI
Dari uraian
materi di atas dapat di analisis bahwa setiap landasan kurikulum berpengaruh
pada tiap bidang pelajaran yang akan diajarkan. Begitupula pendidikan Agama Islam
dipengaruhi oleh landasan kurikulum yang berlaku dalam suatu negara. Landasan
filosofis sangat berpengaruh dalam pengembangan kurikulum PAI. Terutama
filsafat yang terkait dengan pengembangan PAI adalah Idialisme
Aliran filsafat
idialisme berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari dunia supranatural atau
dari tuhan. Boleh dikatakan hampir semua Agama menganut filsafat idealisme.
Kebenaran dipercayai berasal dari Tuhan yang diterima melalui wahyu. Kebenaran
ini termasuk dogma dan norma-norma yang bersifat mutlak. Apa yang datang dari
Tuhan dianggap baik dan benar. tujuan hidup ialah memenuhi kehendak Tuhan.
Filsafat ini umumnya diterapkan disekolah yang berorientasi religius. Semua
siswa diharuskan mengikuti pelajara Agama, menghdiri khotbah dan membaca Kitab
Suci. Biasanya bersifat disiplin, pelanggaran diberi hukuman yang setimpal
bahkan dapat dikeluarkan dari sekolah. Namun pendidikan intelektual juga sangat
diutamakan dengan menentukan standar mutu yang tinggi (Nasution. 1995: 23)
Pendidikan
Agama Islam Atau PAI di Indonesia sangat dipengaruhi oleh beberapa idialisme
diantaranya adalah tauhid, fiqih, dan tasawuf. Tauhid atau yang dikenal dalam
dunia pendidikan sebagai teologi berperan cukup penting dalam landasan dasar
PAI. Di Indonesia teologi yang berkembang ialah ahlu al-sunnah. Sedangkan
pemikiran seperti mu’tazilah, jabaeiyah, qodariyah kurang terlalu
berkembang di Indonesia.
Ahlu al-Sunnah (ahlu sunnah) menjadi terkenal di wilayah Nusantara sebab para
pendakwah yang datang ke Indonesia memiliki paham ahlu al-Sunnah. Aliran
ini dicetuskan oleh Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Manshur Al-Maturidy. Di
Indonesia aliran ini mengembangkan pemahaman tentang sifat wajib bagi Allah
yang berjimlah 20, sifat muhal 20 dan satu sifat jaiz. Selain itu dikemukakan
pula sifat-sifat wajib bagi Nabi dan lain sebagainya.
Ilmu kalam
sangat berkembang terutama pada pondok-pondok pesantren. Selain ilmu kalam
aliran fiqih atau mazhab yang dipakai mayoritas masyarakat Indonesia adalah
mazhab syafi’i. sehingga mazhab lain kurang begitu diperhatikan. Kemudian
tasawuf Imam Al-Gazali di Indonesia sangat terkenal. Hal ini yang mendasari
tasawuf beliau sering digunakan atau sering terpraktek di masyarakat.
Oleh sebab tiga
landasan pokok tadi yakni ilmu kalam, fiqih serta tasawuf sangat berperan
penting dalam perumusan atau pengembangan kurikulum PAI. Tauhid menjadi
landasan kepercayaan, fiqih menjadi landasan ibadah, sedangkan tasawuf sebagai
landasan akhlak.
2.
Hubungan
Landasan Psikologis Terhadap Pengembangan Kurikulum PAI
Sukmadinata (2002: 45-54) menyatakan bahwa psikologis adalah ilmu
yang mempelajari tentang perilaku manusia. Dalam kaitannya dengan kurikulum
minimal ada dua bidang psikologis yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu
psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Keduanya sangat diperlukan baik
di dalam merumuskan tujuan, memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan
menerapkan metode pembelajaran serta teknik-teknik penilaian.
Psikologi diperlukan dalam setiap pembelajaran sebab, perlu
dipahami dalam tingkat perkembangan setiap pesserta didik memiliki
tingkatan-tingkatan perkembangan yang harus diketahui. Apabila tingkat
perkembangan diketahui dengan baik maka, dalam penyusunan kurikulum materi yang
diberikan serta metode apa yang digunakan dapat disusun dengan baik. Ketidak
tahuan pengajar terhadap perkembangan peserta didik akan mengakibatkan
penyampaian materi menjadi percuma dan tidak maksimal.
Penyusunan kurikulum PAI yang diselaraskan dengan pemahaman
psikologi akan menghasilkan strategi yang baik. Misalnya untuk usia sekolah
dasar materi yang diajarkan lebih bersifat ibadah seperti solat, puasa dan
zakat. Kemudian untuk taraf yang lebih tinggi seperti sekolah menengah atas
dapat diajarkan hal-hal yang lebih rumit seperti jual beli, warisan dan
lain-lain.
BAB II
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Kurikulum
ialah hal yang penting dalam sebuah pendidikan. Perubahan dalam kurikulum harus
mengacu pada beberapa landasan dasar yakni, landasan filosofis, Psikologis,
sosiologis, dan organisatoris. Keempat
hal ini sangat berpengaruh dalam pembentukan dan pengembangan kurikulum.
Filosofis ialah mendasar atau radikal, sehingga diharapkan pendidikan harus lah
mendasar, artinya menyentuh hal- hal yang diperlukan atau tujuannya jelas.
Landasan filosofis dipengaruhi oleh beberapa pemikiran filsafat seperti
esensialisme, pragmatisme, perenialisme dan lain sebagainya.
2.
Landasan
psikologis lebih dipengaruhi oleh prilaku dan kesadaran atas minat dan
kebutuhan siswa. Psikologis lebih mengarahkan kurikulum kepada penyampaian
materi atau model belajar yang tepat digunakan pada siswa. Perbedaan yang
sangat menonjol antara landasan filosofis dan psikologis ialah landasan
filosofis bersifat inti sedangkan psikologis sebagai penunjang, kemudian
landasan filosofis dipengaruhi oleh pola pikir sedang landasan psikologis
dipengaruhi oleh prilaku.
3.
Landasan
Filosofis lebih mempengaruhi terhadap kandungan isi materi yang akan diajarkan
dalam pengajaran PAI. Sedangkan landasan psikologis lebih mengarah pada kapan
tepatnya sebuah materi diajarkan kepada peserta didik dan metode apa yang tepat
digunakan dalam setiap pengajaran materi Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M. Dkk. 1998. Pengembangan Kurikulum. Pustaka Setia:
Bandung
Nasution, S. 1995. Asas- asa Kurikulum. Bumi Aksara:
Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2002. Pengembangan Kurikulum Teori
dan Praktek. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar